Berita Kriminal
Kesaksian Mahasiswi Jadi Korban Plonco dan Pelecehan Seksual di Kosan, Lapor Polisi Belum Ada Respon
Empat mahasiswi Unsri lapor kena plonco di kos-kosan, gegara ingin bentuk perkumpulan baru.
TRIBUNJATENG.COM, PALEMBANG - Empat orang mahasiswa dan mahasiswi mengungkap kesaksiannya menjadi korban perploncoan dan pelecehan seksual di kos-kosan.
Hal itu diungkap setelah laporan mereka ke polisi sejak Februari lalu belum ada tanggapan.
Dugaan aksi perpeloncoan berujung pengeroyokan oleh kakak tingkat di lingkungan kos-kosan mahasiswa terjadi di wilayah Sumsel.
Peristiwa ini dilaporkan oleh empat mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) yang terpantau juga mendatangi Mapolda Sumsel untuk menanyakan progres laporan kepolisian yang sebelumnya sudah mereka buat.
Baca juga: Rumah Wanita di Bengkulu Dibakar Suami Ketiga, Setelah Menggugat Cerai
Baca juga: Jengkel Gagal Nikah Karena Utang Tak Kunjung Dibayarkan, Sejoli di Depok Kini Terancam Hukuman Mati
Baca juga: 3 Shio Mengalami Guncangan Emosional, Butuh Perhatian Orang Tedekat
Baca juga: Istri Tak Menyangka Suami Digerebek Warga Sedang Mesum Bersama Pemuda, Bermula Dari Aduan Bocah
"Kami melapornya ke Polres Ogan Ilir (wilayah kejadian) bulan Februari."
"Tapi sampai sekarang sepertinya belum ada progres, makanya kami ke sini (Polda Sumsel)," ujar MG (22) salah satu mahasiswa sekaligus korban yang mendatangi Mapolda Sumsel, Jumat (27/5/2022).
MG mengungkapkan, aksi pengeroyokan bermula dari sikap tegas dia dan teman-temannya yang ingin membentuk suatu perkumpulan baru.
Sebelumnya, mereka tergabung dalam sebuah perkumpulan mahasiswa asal satu daerah yang mengenyam pendidikan di kampus Unsri.
Diakui MG, perkumpulan ini tidak tercatat secara resmi di Unsri.
Selama bergabung sebagai anggota baru, mereka kerap mengalami perpeloncoan.
"Pada saat kami mendirikan organisasi baru, terjadi keles. Saat kami menyampaikan argumen mereka tidak terima."
"Waktu kami akan pulang, mereka menganggap suara motor kami dihidupkan secara serentak, mereka tidak terima makanya langsung dilakukan pengeroyokan terhadap kami," jelasnya.
Bukan hanya perpeloncoan, selama bergabung dalam perkumpulan tersebut, MG dan rekan-rekan juga mengaku pernah mengalami pelecehan seksual.
"Perbuatan mereka diluar naluri kemanusiaan. Perpeloncoan, bullying, pelecehan seksual."
"Seperti saya yang ditunjang terus disuruh berdiri lalu ditampar. Seperti itu terus selama 30 menit tanpa henti. Saya juga dapat pelecehan seksual dari mereka," ucapnya.
Dikatakan MG, sudah banyak mahasiswa lain yang mengalami kejadian serupa dengannya namun tidak berani melapor.
Dia mengungkapkan, biasanya kakak tingkat dari perkumpulan itu akan mencari mahasiswa tingkat baru untuk diajak bergabung.
"Saya sendiri mengalami tindakan itu tahun 2019. Saat itu saya baru masuk Unsri."
"Banyak yang menghubungi saya dan menawari bantuan seperti verifikasi data, berkas bahkan tempat tinggal."
"Terus dibantu juga dalam transportasi ke Indralaya, mereka yang menawarkan bantuan dari kakak tingkat. Tapi rupanya itu berujung perpeloncoan di dalamnya," kata dia.
Tak hanya mahasiswa laki-laki, ada juga perempuan yang turut menjadi korban.
AT (22) mengaku, bahkan pernah dipukul oleh kakak tingkat laki-lakinya meski dia sendiri adalah seorang perempuan.
"Di sana, kami sebagai mahasiswa baru dibentuk kelompok untuk mendatangi senior-senior. Kami diperintah untuk mengajak kenalan ke mereka. Setelah itu kami harus menghapal seperti jurusan, fakultas marga mereka dan lain-lain. Kalau ada kesalahan dari kami misalnya ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, maka kami akan dipukul," ujarnya.
"Saya sendiri juga dipukul berkali-kali di bagian kaki. Pakai kertas yang digulunh tebal. Jadi setiap ada pertanyaan yang salah, kaki saya dipukul, terus berlanjut hingga kaki saya lebam," sambungnya.
Menurut AT, banyak korban yang menutup mulut selama ini karena takut menghadapi intimidasi bila berani mengungkapkan hal ini ke publik.
"Seperti yang saya alami. Waktu itu viral ada terjadi perpeloncoan di kampus lain. Jadi saya sempat spill sedikit di IG. Saya cuma bilang kalau saya juga pernah mengalami perpeloncoan. Setelah itu senior-senior disana memberi kecamanan yang banyak ke saya. Mereka juga bilang, kami yang keluar dari perkumpulan itu adalah orang-orang yang lemah," ungkapnya.
Kata AT, tindakannya yang berani mengungkap perpeloncoan ini ke publik karena berharap kejadian tersebut tidak terus berulang dikemudian hari.
Sebab tindakan tak terpuji itu sudah terjadi dari kakak tingkat ke junior yang terus menerus secara berantai di setiap tahun.
"Setiap tahun mereka akan mengumpulkan data-data mahasiswa baru dan akan menelpon satu persatu dan akan ditawaro tempat kos itu," ujarnya.
Baca juga: Jelang Liverpool vs Real Madrid di Liga Champions, Benzema: Salah Bisa Katakan Apapun yang Dia Mau
Baca juga: Kunci Jawaban Kelas 3 SD Tema 5 Subtema 2 Pembelajaran 1 Halaman 50 52 53 54 55 56 Perubahan Cuaca
Baca juga: Video Manajemen PSIS Adakan Syukuran di Stadion Jatidiri sebagai Homebase
"Kenapa berani ngomong karena saya sendiri merasa prihatin. Sebenarnya saya sendiri mengalami trauma, tapi saat itu saya masih Maba (mahasiswa baru).
Makanya sekarang saya dan teman-teman berinisiatif membuat organisasi baru. Tujuannya supaya tidak lagi terjadi seperti itu khususnya untuk mahasiswa baru," ujarnya.
Untuk diketahui, aksi perpeloncoan ini juga viral di sosial media setiap muncul di Akun twitter @unsrifess.
Pada postingan itu, disebutkan oknum kakak tingkat mengincar mahasiswa baru dan mencari data melalui media sosial untuk memulai komunikasi. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul 4 Mahasiswa Unsri Lapor Kena Plonco di Kos-kosan, Gegara Ingin Bentuk Perkumpulan Baru,