Berita Semarang
Peta Rob dan Peta Amblesan Diteliti, 3 Calon Guru Besar FT Undip Presentasi Makalah Ilmiah
Tiga Calon Guru Besar FT Undip presentasi makalah ilmiah yang digelar Senat Akademik.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: sujarwo
Upaya perlindungan bangunan kuno dan kawasan heritage dalam UU Nomor 11 Tahun 2010, perlu mempertimbangkan problematika rob dan penurunan tanah.
Hal ini dilakukan sebagai antisipasi dalam menghadapi ancaman tenggelamnya kota pesisir.
"Keberadaan situs-situs, peninggalan arkeologi maritim, arsitektur dan kota bersejarah yang berada di pesisir pantai utara Jawa ini menjadi penting bagi arsitek dan perancangan kota dalam melakukan konservasi arsitektur kawasan bersejarah yang tanggap terhadap amblesan tanah dan rob serta dalam merancang kota yang berkelanjutan," tegas Dr Siti Rukayah.
Sementara Ir Mochamad Arief Budihardjo, ST, MEngSc, PhD, IPM, membahas mengenai 'Konsep Pengelolaan Sampah Perkotaan yang Berkelanjutan untuk Mendukung Implementasi Ekonomi Sirkular'.
Konsep pengelolaan sampah yang berkelanjutan mampu mendukung pencapaian ekonomi sirkular.
Namun demikian, transisi sistem dari ekonomi linier menuju ekonomi sirkular membutuhkan waktu, usaha dan tantangan yang cukup berat.
Pola pengelolaan sampah konvensional masih didominasi pola ekonomi linier dengan menitikberatkan pada pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Adanya potensi pencemaran akibat lindi dan gas metan yang berlebih keluar ke lingkungan perlu diatasi dengan mengembangkan material baru yang murah, mudah didapatkan, dan mudah diproduksi," jelasnya.
Ia menambahkan, sampah dapat menjadi material yang berfungsi sebagai pelindung lingkungan dari pencemaran.
Kemampuan proteksinya telah dibuktikan secara empiris di berbagai faktor dan kondisi lingkungan tertentu.
Namun, potensi ini perlu ditelaah lebih lanjut untuk penggunaan material tersebut. Di sisi lain, pola pengelolaan sampah yang berkelanjutan dalam ruang lingkup ekonomi sirkular mulai dipromosikan secara besar-besaran karena keterbatasan TPA untuk menampung sampah di berbagai kota di Indonesia.
Hal tersebut menurutnya perlu menjadi perhatian agar periode transisi dari sistem linier ke sirkuler dapat berjalan dengan baik.
Kampus atau universitas merupakan tempat yang ideal sebagai percontohan transisi ini. Kampus dengan lingkup yang kecil dapat memberikan keteladanan bagi pemerintah kota untuk mengelola sampah dengan baik.
\"Pola pengelolaan sampah yang berkelanjutan juga terbukti mampu mengurangi gas rumah kaca yang diemisikan," kata Ir Mochamad Arief Budihardjo, PhD. (*)
