Berita Jateng
Asosiasi Media Siber Diskusikan Kemungkinan Cek Fakta dan Literasi Berita Masuk Kurikulum Pendidikan
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen, dan Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) kembali menggelar kampanye literasi
Hoaks yang mudah sekali menyebar di dunia maya ini juga berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan negara.
“Informasi yang belum terkonfirmasi kebenarannya menyebar secara masif di dunia maya dan banyak pengguna internet menelannya mentah-mentah,” ujarnya di hadapan para peserta FGD yang terdiri atas pengamat, pelaku, dan pembuat kebijakan pendidikan di Jateng dan DI Yogyakarta.
Situasi ini, lanjutnya, semakin diperparah dengan perilaku beberapa media digital yang menjadikan media sosial sebagai sumber berita.
Di sinilah AMSI mencoba menyamakan persepsi bahwa media digital sama dengan cetak. Menurutnya, media seharusnya tidak ikut menyebarkan hoaks.
“Dengan tingkat keterbacaan yang sangat luas, media siber (digital) bisa memengaruhi kebijakan publik. Maka, medsos tidak bisa menjadi sumber berita sepenuhnya. Bisa menjadi info awal, tapi harus digali lebih dalam lagi,” tegasnya.
Maka, Nur Kholis menekankan pentingnya memberikan literasi mengecek kebenaran berita atau yang lebih dikenal sebagai “cek fakta”.
Baca juga: Info Rumah Dijual Dikontrakkan dan Tanah Murah di Semarang Jumat 3 Juni 2022
Baca juga: Seorang Pegawai Polisikan 3 Petinggi PT Pelni Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik
“Nah, FGD ini bertujuan untuk mendiskusikan kemungkinan cek fakta dan literasi berita ini bisa dimasukkan ke kurikulum sekolah,” ungkapnya sekaligus membuka acara.
Untuk hari pertama, FGD yang difasilitasi Chief Operating Officer Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Dewi Sari, Pemimpin Redaksi Solopos Rini Yustiningsih, dan Pemimpin Redaksi Mojok.co Agung Purwandono.
Kegiatan di hari pertama salah satunya diisi dengan pengenalan para peserta yang terdiri atas wartawan, pengampu kebijakan, guru, dosen, pengawas sekolah, hingga praktisi pendidikan.
Selama berkenalan, belasan peserta itu juga membangun kesepakatan bersama dan membuat assessment harapan dan kekhawatiran terkait tema FGD.
Mereka kemudian diminta menuliskan harapan dan kekhawatiran tersebut pada secarik kertas, lalu ditempelkan di meta-plan selama FGD berlangsung. (*)