Berita Pendidikan
Cara Alumni SMAN 1 Tegal Cegah Paham Radikalisme Masuk Sekolah, Tak Sekadar Memantau
SMA Negeri 1 Tegal ini menjadi sekolah yang sudah mengadakan pelatihan bela negara bersama Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas).
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Isu radikalisme dan intoleransi dalam beberapa minggu terakhir sedang menjadi perbincangan nasional.
Banyak ulama dan tokoh yang mengingatkan agar masyarakat lebih waspada terhadap paham radikal.
Terutama di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi.
Baca juga: Gelar Halal Bihalal, Ikasma Tegal Promosikan Produk UMKM Lokal kepada Ratusan Alumni
Baca juga: Bupati Tegal Umi Azizah Tinjau Tiga Pekerjaan Konstruksi Jalan, Pastikan Ketepatan Mutu
Baca juga: Butuh Layanan Respon Cepat Polres Tegal? Berikut Nomor Telepon yang Bisa Dihubungi
Baca juga: Aksi Jumat Bersih di Pantai Larangan, Satpolairud Polres Tegal: Kurangi Pencemaran Lingkungan
Cara untuk menangkal pemahaman itu, satu di antaranya adalah dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Hal itu seperti yang sudah dilakukan di SMA Negeri 1 Tegal.
Bahkan, para alumninya yang terwadahi dalam organisasi Ikatan Alumni SMA Negeri 1 (Ikasma) Tegal ikut mengawasi dan mendampingi.
Ketua Umum Ikasma Tegal, Dr Tafakurrozak mengatakan, SMA Negeri 1 Tegal ini menjadi sekolah yang sudah mengadakan pelatihan bela negara bersama Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas).
Pematerinya bahkan langsung dari Sekretaris Jenderal Wantannas, Laksamana Madya Harjo Susmoro.
Kegiatan tersebut pun tidak lepas dari peran para alumni.
"Bukan memantau lagi, alumni ikut terlibat di dalamnya."
"Karena alumni ikut menghadirkan pelatih-pelatih bela negara yang kompeten," kata Tafakurrozak, staf ahli di Tim Percepatan Keamanan Food Estate ini kepada Tribunjateng.com, Sabtu (4/6/2022).
Tafakurrozak menilai, peran alumni sangat penting dalam memantau pemahaman kebangsaan di sekolahnya dulu.
Sehingga tidak hanya tenaga pendidik dan orangtua siswa yang mencegah masuknya paham radikalisme dan intoleransi.
Karena bagaimanapun, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI adalah harga mati.
Selain itu, harus ada penerapan nilai-nilai tentang kemanusiaan dan peduli terhadap sesama.