Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Banjir Rob

Warga Pesisir Semarang Tak Takut Kampung Bakal Tenggelam, Anggap Banjir Rob Seakan Keluarga

Ternyata ancaman banjir rob di kawasan pesisir Kota Semarang tak bikin goyah warganya.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tribun Jateng/ Budi Susanto
Dua orang warga RT 04 RW 15, Tambak Lorok, Kelurahan Tanah Mas, Semarang Utara, berjibaku untuk melewati genangan air yang mengepung jalan pemukiman, Selasa (16/11/2021). 

Ia menilai, konservasi mangrove menjadi solusi dari persoalan tersebut.

Konservasi mangrove di pesisir Semarang sebenarnya sudah masuk dalam Peraturan Gubernur Jateng (Pergub) Nomor 24 tahun 2019.

Beberapa poin dalam Pergub menyebutkan, Pemprov Jateng menargetkan rehabilitasi ekosistem mangrove seluas 750 hektare dari tahun 2019 hingga 2023.

Tercatat di Kota Lumpia ada 62,9 hektare lahan magrove yang hendak dilakukan konservasi.

Hanya saja, lanjut Mila, praktik konservasi mangrove di lapangan belum ada langkah sistematis yang dilakukan pemerintah.

Padahal mangrove menjadi solusi tahan lama dibandingkan bangunan infrastruktur.

"Tanggul laut bukan solusi yang bersifat temporer, harus dibarengi dengan konservasi mangrove," paparnya.

Menurutnya, konservasi mangrove perlu dilakukan secara kombinasi, artinya boleh dilakukan pembuatan tanggul laut tapi bersifat sementara.

Hal itu melihat kondisi pesisir Semarang di dua kecamatan tersebut yang sudah alami abrasi parah.

"Di belakang tanggul nantinya dilakukan konservasi mangrove secara masif sehingga ketika tanggul itu pecah sudah terbentuk sabuk mangrove," tuturnya.

Terpisah, Manajer advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah, Iqbal Alma menyebut, bencana rob memang sering terjadi bahkan menjadi bencana langganan di wilayah pesisir utara Jawa Tengah.

Bencana ini menjadi bencana yang seakan diundang oleh manusia khususnya pemangku kebijakan.

Rob yang terjadi bukanlah suatu kiriman Tuhan yang terjadi begitu saja atau tiba-tiba.

"Bencana ini lahir dari proses panjang eksploitasi manusia terhadap lingkungannya," ujarnya seperti keterangan tertulis diterima Tribunjateng.com.

Pihaknya mendesak Pemerintah baik pada tingkat kota, provinsi, maupun nasional untuk menghentikan segala bentuk pembangunan yang eksploitatif dan merenggut ruang hidup masyarakat wilayah pesisir.

Menghentikan rencana relokasi mangrove untuk kawasan industri dan pembangunan tol tanggul laut Semarang - Demak.


"Kami juga meminta untuk membentuk strategi mitigasi bencana berdasarkan klasifikasi kelas dan memperhatikan kelompok-kelompok rentan dan marginal," tandasnya. (Iwn)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved