Wawancara Khusus
Sindhunata Dalang Milenial Rangkul Muda-mudi Suka Wayang
Dari kecil, dari nonton video terus dipraktikkan terus memanggil guru dalang. Berguru ke dalang senior juga ke pelosok-pelosok.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: rustam aji
TRIBUNJATENG.COM - PEMUDA bernama Sindhunata Gesit Widiharto dikenal sebagai dalang milenial yang sudah sering tampil di berbagai tempat.
Dipandu host, Elin Windiyastuti dalam program Jackpod Tribun Podcast, Sindhu yang merupakan mahasiswa S3 di ISI Surakarta berbagi cerita keunikan wayang milenial rock and roll.
Tidak hanya itu, Sindhu atau Widiharto juga menceritakan bagaimana awal mula mengenal wayang serta perkembangan dunia pedalangan.
Berikut petikan wawancara dalam video yang telah tayang di media sosial Tribunjateng, ditrasnkrip oleh reporter Agus Iswadi.
Kenapa tertarik dunia perdalangan Mas?
Sejak 1991 itu, bapak nanggap wayang kulit di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang setiap malam Jumat Kliwon. Saya 1996 lahir, jadi sejak belum dibuat (lahir), nang awang-awang kuwi wes dijak nonton wayang.
Wes ditanggapne wayang karo bapakku karo ibukku. Dijak nonton wayang sejak masih dalam kandungan.
Saya nonton rekaman wayang di kaset, terus saya menirukan latihan wayangan pakai hanger, gantungan baju itu kumainkan.
Akhirnya sama bapak diarahkan. Kayaknya ini anak ada arah ke sini (pedalangan). Dipanggillah guru dalang, akhirnya sekolah di pedalangan ISI Surakarta.
Apakah orangtua juga dalang?
Bapak penanggap wayang kulit, si mbah juga begitu. Jadi bapak bukan dalang tapi dalam tanda kutip malah yang menghidupi dalang karena sering nanggap.
Ibu seniman?
Ibu suka ke lukis, tari Jawa jadi memang basic-nya di keluarga seni tradisi. Tapi bapak lebih berkecimpungnya di teater. Di Teater Lingkar Semarang.
Sejak kecil sudah latihan?
Dari kecil, dari nonton video terus dipraktikkan terus memanggil guru dalang. Berguru ke dalang senior juga ke pelosok-pelosok.
Ngenger atau Nyantrik, ya ikut dalang, berguru. Saya berguru itu sampai di Sragen, berguru Sabetan atau teknik perang wayang. Ada tekniknya, tidak hanya sekedar gapruk-gaprukne wayang.