Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wawancara Khusus

Sindhunata Dalang Milenial Rangkul Muda-mudi Suka Wayang

Dari kecil, dari nonton video terus dipraktikkan terus memanggil guru dalang. Berguru ke dalang senior juga ke pelosok-pelosok.

Penulis: Agus Iswadi | Editor: rustam aji
tribun jateng
Sindhunata Gesit Widiharto | Dalang Muda 

Betah berlama-lama duduk bersila?

Bayangkan saja, dalang dari jam 21.00-03.00 duduk bersila tumpang.

Sikile ngeprak, tangan memegang wayang, kuping ngrungokne gamelan, tutuk ngomong terus, pikiran mikir lakone tak kapakne.

Perut, dada, tenggorokan, semua, hidung itu olah nafas. Oo bar iki nadaku nada dhuwur, oh nada endhek, dadi aku nganggo suara weteng.

Itu selama 6 jam terus lho. Nggak gampang.

Ada tips khusus bisa tahan melek?

Pakulinan. Kayak duduk sila tumpang. Ya membiasakan ketika keadaan santai di rumah duduknya seperti itu. Jadi nggak gringgingen.

Apa hal paling sulit saat latihan?

Paling sulit itu bab rasa. Istilahnya semu niku urip. Wayang iku barang mati, piye carane metu nang kelir ketok urip. Memberi nyawa pada benda mati, itu yang sulit.

Bukan hanya sekedar teknik tapi kudu nganggo rasa. Makanya ada banyak pelajaran untuk menemukan titik semu itu harus tirakat dulu, olah kebatinan, olah rasa.

Kenapa kalau Suro banyak wayangan?

Karena itu bulan yang baik. Sebenarnya semua hari, semua bulan sama saja baiknya.

Cuma kita ada hari-hari spesial. Jadi tirakat wong Jawa, melek ora nggo tongkrong ra ceto meleke dinggo nonton wayang. Mulih entuk sangu bekal dinggo kehidupan yang lebih baik.

Ada referensi pedoman untuk mendalang?

Kalau referensi cerita ratusan. Kalau lakon sendiri itu ada lakon-lakon yang pakem, ada dari kitab Parwa Mahabarata Ramayana.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved