Berita Regional
Cinta Nenek Surti Kembali Bergejolak, Suaminya yang Hilang Selama 30 Tahun Pulang ke Rumah
Surti (65) tampak begitu grogi saat suaminya Muhadi (72) pulang ke rumah di Trenggalek Jawa Timur setelah 30 tahun hilang.
TRIBUNJATENG.COM, TRENGGALEK - Surti (65) tampak begitu grogi saat suaminya Muhadi (72) pulang ke rumah di Trenggalek Jawa Timur setelah 30 tahun hilang.
Wajahnya terlihat antara percaya dan tak percaya ketika orang-orang berbicara tentang suaminya.
Surti lebih banyak diam, menahan rasa bahagia yang tidak terungkap.
Ia sempat berpikir suaminya itu sudah meninggal dunia.
Sementara empat anaknya memeluk sosok sang bapak yang selama ini tidak ada kabar sama sekali.
Baca juga: Lawan Investasi Bodong dan Pinjol Ilegal, OJK Susun Program Edukasi Masif untuk Masyarakat Jateng
Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup, Pemkot Semarang Luncurkan Hari Bebas Asap Kendaraan
Baca juga: 172 Desa di Kabupaten Batang Masih Belum ODF
Kedatangan Muhadi juga disambut dengan acara syukuran yang digelar oleh pihak keluarga.
Anak pertama Muhadi-Surti, Ali Fattah (45) sempat tidak percaya ayahnya bisa kembali ke pelukan keluarga.
Ali bahkan sempat menganggap Muhadi meninggal dunia karena tidak ada kabar.
Ia mengibaratkan kebahagiaan pertemuan setelah 30 terpisah seperti menemukan emas.
"Sama halnya saya menemukan emas. Masalahnya sudah dikabarkan meninggal, jadi (dapat kabar bapak masih hidup) sama seperti menemukan emas," ucap Ali.
Keluarga Surti yang tinggal di Desa Ngadisoko, Kecamatan Durenan, Trenggalek, Jawa Timur akhirnya bertemu Muhadi pada Selasa (28/6/2022).
Muhadi sudah puluhan tahung meninggalkan Trenggalek.
Saat itu ia pamit merantau ke Malaysia.
Keluarga sempat mengira Muhadi meninggal dunia.
Hingga akhirnya ia ditemukan hidup sebatang kara di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Pamit merantau ke Malaysia
Kisah Muhadi berawal di tahun 1992.
Saat itu ia pamit ke Malaysia untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Namun di Malaysia, ia tak mendapatkan pekerjaan yang layak.
Ia pun memutuskan kembali ke Tanah Air.
Bukannya pulang ke Trenggalek, ia melanjutkan petualangannya mencari rezeki hingga ke wilayah Aceh.
Pada tahun 2004, ia menjadi korban tsunami Aceh.
Beruntung ia selamat.
Namun dua tahun kemudian, sekitar tahun 2006, Muhadi baru memberikan kabar ke keluarga.
Saat menghubungi keluarga, anak pertamanya meminta Muhadi untuk pulang ke Trenggalek.
Namun ia tetap memilih merantau walau sudah dirayu untuk pulang kampung.
“Waktu itu anak saya melarang saya kerja lagi, Anak saya bilang, sudah tidak butuh uang bapak lagi. Kami ingin bapak pulang saja,” terang Muhadi.
Ia pun melanjutkan mencari pekerjaan ke wilayah Kabupaten Labuhanbatu hingga putus kabar.
Sebelum hilang, Muhadi sempat beberapa kali mengirimkan uang untuk keluarganya.
Hidup sebatang kara
Di Labuhanbatu, Muhadi hidup sebatang kara dan serba kekurangan.
Ia bekerja serabutan dengan menggarap lahan milik warga sekitar di Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo.
Sementara tempat tinggal Muhadi hanya berupa gubuk kecil berukuran 1x2 meter.
Selama puluhan tahun Muhadi menjalani kehidupannya sendiri sebatang kara.
Hingga keberadaan Wak Cangkol -nama panggilan Muhadi selama di perantauan- ditemukan anggota Polres Labuhanbatu Aiptu Haris Fadilla lewat media sosial bulan Juni 2022 lalu.
Singkat cerita, Muhadi berhasil kembali pulang berkat difasilitasi oleh Polres Labuhanbatu dan Polres Trenggalek.
Kedatangan Muhadi di Trenggalek disambut meriah oleh tetangganya pada Selasa (28/6/2022).
“Selamat datang di rumah, Pak,” teriak salah satu warga di antara kerumunan.
“Alhamdulilah Pak Muhadi kembali dan sehat,” teriak warga lain. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "30 Puluh Tahun Terpisah, Muhadi Akhirnya Bertemu Istri dan Keluarga di Trenggalek"