Zelensky Bertekad Rebut Lagi Krimea dari Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa Krimea adalah bagian dari Ukraina.
TRIBUNJATENG.COM, KYIV - Ukraina dalam beberapa waktu terakhir telah menunjukkan kemampuannya untuk menyerang lebih dalam ke wilayah yang dikuasai Rusia menggunakan artileri roket HIMARS, bantuan Amerika Serikat (AS), yang memiliki jangkauan sekitar 50 mil.
Terbaru, Ukraina menyerang sebuah pangkalan udara Rusia di Krimea, yang menyebabkan kehancuran karena beberapa ledakan besar. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya satu orang, dan beberapa orang lain terluka.
Belum dapat dipastikan apakah situs tersebut merupakan sasaran serangan rudal jarak jauh Ukraina. Namun, seorang pejabat senior Ukraina mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, tetapi tidak memberikan rincian lebih lengkap.
Sementara, Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, membantah Kyiv bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Terkait dengan serangkaian ledakan di pangkalan udara Rusia di Krimea, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengungkapkan, perang di Ukraina harus diakhiri dengan pembebasan Krimea yang dulu dicaplok Rusia.
Tanpa menyinggung soal penyerangan tersebut, ia menegaskan bahwa Krimea adalah bagian dari Ukraina. "Krimea adalah Ukraina, dan kami tidak akan pernah menyerah," ujarnya.
Secara internasional, Krimea diakui sebagai bagian dari wilayah Ukaraina. Namun, semenanjung Laut Hitam itu dianeksasi oleh Rusia pada 2014 setelah referendum yang dianggap tidak sah oleh komunitas global. Banyak publik Ukraina memandang peristiwa ini sebagai awal konflik dengan Rusia.
Dalam pidatonya pada Selasa malam, Zelensky membahas Krimea, namun tidak menyinggung soal serangkaian ledakan di pangkalan militer Rusia.
"Kami tidak akan lupa bahwa perang Rusia melawan Ukraina dimulai dengan pendudukan Krimea. Perang Rusia ini dimulai dengan Krimea, dan harus diakhiri dengan Krimea, dengan pembebasannya," tegasnya. (Tribunnews)
