Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Fokus

Fokus : Keris Kebo Hijo

KOCAP kacarita, pagi itu Pakuwon Tumapel geger. Penguasa pakuwon itu, Akuwu Tunggul Ametung, ditemukan dalam keadaan tewas di tempat tidurnya

Penulis: achiar m permana | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
Achiar Permana wartawan tribun jateng 

Oleh Achiar M Permana

Wartawan Tribun Jateng

KOCAP kacarita, pagi itu Pakuwon Tumapel geger. Penguasa pakuwon itu, Akuwu Tunggul Ametung, ditemukan dalam keadaan tewas di tempat tidurnya. Tubuhnya bersimbah darah. Di dadanya, tertancap sebuah keris.

Para pengawal segera mengenali keris itu. Beberapa hari sebelum rajapati terjadi, Kebo Hijo kerap memamerkan keris itu. Maka, tak menunggu lama, Kebo Hijo pun menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan tersebut.

Tanpa proses pengadilan, Kebo Hijo langsung mendapatkan hukuman. Dengan keris yang sama, Ken Arok menikam Kebo Hijo hingga menemui ajal. “Ini hukuman yang pantas untuk orang yang membunuh seorang pemimpin,” desis Ken Arok, sembari menikamkan keris ke dada Kebo Hijo.

Siapa menyangka, seperti tertulis dalam Kitab Pararaton, Ken Aroklah sesungguhnya dalang pembunuhan itu. Ken Arok yang jatuh cinta pada Ken Dedes, istri jelita Tunggul Ametung, berencana membunuh Sang Akuwu Tumapel. Dia pun kemudian menyusun siasat jahat untuk memuluskan niatnya tersebut.

Mula-mula, Ken Arok memesan keris ampuh kepada Empu Gandring, pembuat keris yang kondang pada masa itu. Dengan sebuah alasan, Ken Arok membunuh Empu Gandring, dengan keris itu.

Kemudian, Ken Arok meminjamkan keris itu kepada Kebo Hijo. Ken Arok tahu benar, Kebo Hijo bakal menenteng keris itu ke mana-mana, memamerkannya ke semua orang di Tumapel.

Rupanya, siasat Ken Arok berjalan sempurna. Dengan penuh rasa bangga, Kebo Hijo memamerkan keris barunya ke semua orang. Sehingga, boleh dikata, semua orang di Tumapel tahu bahwa Kebo Hijo memiliki keris baru. Yang ampuh tiada tara.

Kebanggaan yang mestinya mengundang penyesalan. Karena kebanggaan semu itu, akhirnya tudingan terarah pada Kebo Hijau atas kematian Tunggul Ametung. Orang-orang mengenali keris yang tertancap di dada Tunggul Ametung sebagai keris Kebo Hijo.

“Jan-jane, sampean kepincut pada keris Empu Gandring atau kesengsem betis mencorong Ken Dedes ta, Kang?” tiba-tiba Dawir, sedulur batin saya, berbisik.

Kisah kematian Tunggul Ametung dan keris Kebo Hijo melejing ke benak saya, seiring perkembangan kasus kematian Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J, ajudan istri (mantan) Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo.

Tentu bukan soal kudeta dan ambisi politik Ken Arok, yang menjadi alur utama kisah pembunuhan Tunggul Ametung, melainkan ”pengelabuan”-nya yang serupa. Kalau dalam kisah Tunggul Ametung, Kebo Hijo yang menjadi tersangka utama, dalam kisah Brigadir J, awalnya tudingan terarah pada Bharada E.

Pada awal kasus itu terungkap, 11 Juli 2022 lalu, kematian Brigadir J terjadi dalam baku tembak.

Saat itu, Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, menyampaikan bahwa terjadi tembak menembak di rumah dinas Ferdy Sambo, di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022 pukul 17.00.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved