Berita Banyumas
Yuk Intip Toko Emas Djanoko Purwokerto, Ciri Bangunan Arsitek Belanda Masih Dipertahankan Sejak 1952
Kebanyakan toko emas di Purwokerto adalah bisnis keluarga dan anak-anak dari para pengusaha itu meneruskan usaha orangtuanya.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Toko Emas Djanoko Purwokerto, Kabupaten Banyumas merupakan bangunan tiga lantai yang sangat populer di masanya.
Tidak banyak yang tahu bila bangunan saat ini dianggap sebagai ruko biasa itu punya peran dalam sejarah perkembangan kota.
Bangunan tiga lantai bergaya arsitektur Belanda, zaman penjajahan saat ini memang tertutup banyaknya banner.
Baca juga: Pertalite Mulai Dibatasi di Purwokerto? Warga: Tak Biasanya Antrean Mengular Panjang di SPBU
Namun, hingga saat ini bangunan yang terletak di komplek Simpang Pasar Wage, Purwokerto masih berdiri kokoh.
Meskipun bangunan utamanya tertutup baliho-baliho besar, tetapi tidak mengurangi kekhasan dari bangunan itu.
Salah satu yang masih nampak jelas dan eksis adalah keberadaan Toko Emas Djanoko.
"Salah satu yang kami pertahankan adalah bentuk gedung."
"Patung Djanoko di bagian depan lantai 2."
"Kalau sekarang toko emas sudah banyak yang modern," ujar pemilik Toko Emas Djanoko Purwokerto, Budi Handoko (65) kepada Tribunjateng.com, Senin (15/8/2022).
Budi adalah generasi kedua dari keluarganya yang mulai merintis usaha toko emas sejak 1952-an.
Dia mengatakan, inspirasi nama Djanoko dipilih dari keinginan ayah mertuanya.
Dirinya menjadi generasi kedua yang meneruskan usaha toko emas tersebut.
"Saya mulai meneruskan pada 1977."
"Tapi saat ini saya juga mulai memasrahkan toko emas ini pada menantu mulai 2020," terangnya.
Toko Emas Djanoko Purwokerto menempati sebuah bangunan tiga lantai yang sangat ikonik di Purwokerto.
Baca juga: Respon Anak Kostan Purwokerto Kalau Harga Mie Instan Naik: Saya Sebulan Stok 10-15 Bungkus
Bangunan tersebut cukup terkenal karena banyak yang menganggap menjadi satu ciri gaya arsitektur Belanda di tengah kota.
Dalam perjalanannya, gedung tiga lantai itu sempat mengalami pemunduran karena berdekatan dengan rel kereta api.
"Bangunan itu mundur sekira 4 meter dari jalan utama."
"Pertama mundur pada era 1960-an dan kedua pada era 1970-an."
"Itu karena dahulu toko itu terlalu mepet rel kereta api," terangnya.
Dia mengatakan, Toko Emas Djanoko Purwokerto bisa dianggap sebagai toko emas paling tua di Banyumas.
Patung Djanoko di toko itu dibuat pada 1969 dan masih mempertahankan bentuk aslinya.
Patung itupun saat ini menjadi ikon Toko Emas Djanoko yang berada di persimpangan jalan Pasar Wage Purwokerto.
Pada era 1950 tidak hanya ada Toko Emas Djanoko di sana, tetapi ada cukup banyak toko emas lainnya.
Toko-toko emas itu adalah Srikandi, Bima, dan nama nama tokoh wayang lainnya seperti Kaleksanan, Pamitran dalam satu deret.
"Di dalam rumahnya tembus- tembusan memang usaha toko emas sederet itu dalam satu usaha keluarga."
"Tapi sekarang sudah masing-masing."
"Hanya Djanoko yang menjual emas."
"Sementara lainnya sudah ganti usaha semua," katanya kepada Tribunjateng.com, Senin (15/8/2022).

Baca juga: Personel Brimob Polda Jateng Bersepeda Tempuh 250 Kilometer, Semarang-Pemalang-Purwokerto
Keberadaan toko emas pada waktu itu seperti toko baju di masa sekarang, karena di mana-mana ada.
"Ada 70 toko emas sampai pasar di Pasar Pon Purwokerto."
"Tetapi sekarang lebih banyak orang baru sekira 30 di Pasar Wage Purwokerto."
"Adapun toko emas yang sudah sirna adalah Toko Mas Kebumen, Indah, Engseng, Prayogi, Toko Mas Singa, Toko Pantes, Permadi, Cakra, Mustika, Menjangan," terangnya.
Kebanyakan toko emas di Purwokerto adalah bisnis keluarga dan anak-anak dari para pengusaha itu meneruskan usaha orangtuanya.
Namun sayangnya saat ini kebanyakan dari mereka memilih jalannya masing-masing sehingga banyak dari toko emas yang tutup.
Salah satu banyaknya toko emas saat itu karena di Banyumas mata pencaharian warganya dulu adalah petani kebun seperti gula dan cengkih.
Para petani waktu itu ketika sudah dapat upah, maka langsung ada yang memilih diinvestasikan dalam bentuk emas.
Baca juga: Gengster Banyumas Bawa Parang dan Celurit Resahkan Warga Purwokerto
"Orang kalau sudah dapat uang langsung diinvestasikan dalam bentuk emas, jualnya gampang dan nilainya yang selalu naik," katanya.
Adapun suasana orang jual beli emas selalu ramai.
"Beli emas itu belum buka saja sudah antre dan hampir semua toko emas pasti seperti itu dan sekira 1976-an."
"Sekarang tidak antre, karena mungkin sekarang diburu kebutuhan, bentuk invetasi juga macam-macam," katanya.
Budi Handoko sang pemilik Toko Emas Djanoko Purwokerto pun berbagi resep bagaimana toko emasnya bertahan lebih dari setengah abad.
Salah satu kuncinya adalah jujur dan jangan serakah ambil untung.
"Harus jujur kepada pelanggan," tambahnya. (*)
Baca juga: Pj Bupati Jepara: Jangan Terima Suap Apalagi Korupsi, Ingat Selalu Kasus di Pemalang
Baca juga: 22 Desa di Kendal Masih Berstatus Blankspot, Tersebar di 5 Kecamatan, Ini Data Rincinya
Baca juga: Kronologi Kecelakaan Maut di Semarang, Pemotor Wanita Asal Demak Tewas Terlindas Bus Pariwisata
Baca juga: Hendi Minta Verifikasi Data Stunting Agar Tepat Penanganan