Berita Semarang
Kisah Paryanto Tambal Ban Panggilan di Semarang, Iklankan Layanan di Google Hingga Pernah Kena Prank
Tukang tambal ban panggilan itu tak hanya sekedar menambal ban, lebih dari itu,ia juga menambal rasa takut konsumen yang kebingungan.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Hitam legam kedua telapak tangan Paryanto (47) menjadi tanda ramainya orderan hari ini.
Tukang tambal ban panggilan itu tak hanya sekedar menambal ban, lebih dari itu,ia juga menambal rasa takut konsumen yang kebingungan bilamana tak menemukan lokasi tambal ban terdekat.
Terlebih ketika saat dini hari dan dalam kondisi jalanan sepi.
Bapak dua anak ini melayani tambal ban panggilan selama 24 jam baik motor maupun mobil.
Baca juga: Kenali Cara-cara Berikut Ini yang Digunakan Mafia Tanah Beraksi di Jawa Tengah, Jangan Jadi Korban!
Baca juga: Adakan Pelatihan Jurnalistik, Sekda Kota Pekalongan Ingatkan Kode Etik dan UU Pers
Baca juga: Sejumlah SPBU di Kudus Dipadati Kendaraan Jelang Rencana Kenaikan BBM Subsidi

Tak ayal, di saat orang lain sedang sibuk dengan selimut, ia masih asyik mengais rezeki bersama mesin kompresor maupun peralatan tambal lainnya.
"Iya, buka selama 24 jam, tapi kalo dalam kondisi sangat kelelahan saya minta maaf ke konsumen tapi nanti saya rekomendasikan tambal ban terdekat," ujarnya sembari mengaku hafal seluruh tukang tambal di Kota Lunpia.
Ia setiap hari mengaspal di jalanan kota Semarang mengendarai Supra Fit.
Motor itu sudah dimodifikasi sedemikian rupa dengan tambahan kompresor di antara jok dan setang motor.
Di jok belakang motor ada keranjang biru berisi ban dalam, dongkrak, alat press, kunci roda dan lainnya.
"Motor sudah saya modif sampai empat kali terutama nyambungkan mesin motor sama kompresor," jelasnya kepada tribunjateng.com, Rabu (31/8/2022) malam.
Paryanto sudah menjadi tukang tambal panggilan selama empat tahun terakhir.
Ia terdorong menjadi tukang tambal ban panggilan karena pendapatan ketika menjadi tukang tambal ban pangkalan hasilnya sudah tidak menjanjikan.
Setidaknya ada dua hal yang mempengaruhi hal tersebut pertama karena gempuran usaha tambal ban dan isi angin yang merajalela di hampir seluruh SPBU.
"Dulu cari keuntungan dari mengandalkan isi angin saja sehari bisa dapat Rp100 ribu, sekarang sulit sekali," terangnya.
Kedua, tambal ban pangkalan sekarang tidak aman terutama di pinggir jalan karena izin tidak ada sehingga barang yang ditinggal pinggir jalan rawan hilang.