Berita Semarang
Kisah Paryanto Tambal Ban Panggilan di Semarang, Iklankan Layanan di Google Hingga Pernah Kena Prank
Tukang tambal ban panggilan itu tak hanya sekedar menambal ban, lebih dari itu,ia juga menambal rasa takut konsumen yang kebingungan.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: rival al manaf
Ia bahkan pernah kehilangan peralatan tambal ban hingga alami kerugian Rp4 juta.
Kejadiannya sekira lima tahun lalu.
"Saya hampir mau menyerah jadi tukang tambal ban karena hasil sama jam kerja tidak masuk.
Akhirnya berpikir bagaimana caranya tetap untung menjadi tukang tambal ban," jelasnya.
Ia sudah sejak tahun 1998 menjadi tukang tambal ban sehingga sulit meninggalkan pekerjaan tersebut.
Bahkan sempat memiliki empat cabang tambal ban. Namun gulung tikar semua.
Ia pun akhirnya memilih menjadi tukang tambal ban panggilan dengan alasan penghasilan lebih menjanjikan.
"Kalau boleh memilih tentu menjadi tukang tambal ban pangkalan tapi kondisinya sudah berubah mau tidak mau kita juga harus mengikuti zaman," ungkapnya.
Ia lantas berpikir untuk mempromosikan jasanya.
Berbagai cara sudah dilakukan, di antaranya memasang tulisan spanduk iklan di pohon di tempat strategis.
Namun cara itu kurang efektif karena papan iklan sering diambil Satpol PP.

Ia terus mencari tahu cara iklan efektif dengan mencarinya di YouTube.
Ia pun terinsipirasi memasang jasanya di google dan media sosial.
Ia lantas dibantu memasukan jasanya di google dengan bantuan teman ojek online.
"Tambal ban pangkalan seperti memancing hanya satu kail. Sebaliknya dengan online maka banyak kailnya. Apalagi karakter konsumen sekarang yang ingin serba praktis," bebernya.