Guru Berkarya
Menekan Korupsi dengan Melek Politik
Kekuasaan cenderung melahirkan korupsi, kekuasaan yang tidak terbatas akan melahirkan korupsi yang luar biasa.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Maka dari itu, masyarakat harus bisa melihat secara luas calon wakil rakyat, calon kepala daerah, ataupun calon Presiden dan Wakil Presiden dalam proses pemilihan atau pemilu.
Proses pemilu menjadi faktor yang paling krusial untuk menekan kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.
Kasus korupsi yang marak terjadi adalah bukti nyata dari pernyataan Bertolt Brecht mengenai buta politik.
Dikatakan bahwa buta yang terburuk adalah buta politik.
Dari buta politik tersebut, lahirlah berbagai kejahatan seperti pencurian karena kemiskinan,
Korupsi yang dilakukan oleh para pemangku kekuasaan menjadi salah satu akibat dari kesadaran masyarakat terhadap politik yang rendah.
Lalu, bagaimanakah langkah agar masyarakat dari tingkat paling bawah sampai menengah bisa menyadari pentingnya proses dan partisipasi politik?
Pertama, Memaksimalkan peranan keluarga sebagai agen sosialisasi politik.
Keluarga adalah instrumen pertama anak mendapatkan pendidikan termasuk pendidikan politik.
Keluarga memiliki andil besar dalam mempengaruhi pengetahuan dan keputusan anak khususnya dalam kegiatan atau partisipasi politik.
Kedua, Andil tokoh masyarakat dalam memberikan penyuluhan politik di masyarakat.
Tokoh masyarakat yang ada di desa, memiliki kekuasaan yang melegitimasinya dalam penduduk setempat.
Tokoh masyarakat yang ada di desa, cenderung menjadi rujukan atau prefensi masyarakat desa dalam menyikapi berbagai fenomena atau peristiwa yang dihadapinya.
Politik tidak hanya menjadi ajang para penguasa yang memanfaatkan jabatannya dalam membuat berbagai keputusan, akan tetapi keputusan tersebut harus mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Momentum pemilihan umum harus disadari sepenuhnya bagi masyarakat untuk menentukan nasib bangsa hingga kehidupan individu masayarakat.(*)