Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Respon Nelayan Soal Kenaikan Harga BBM: Otomatis yang Ditekan Nelayan Kecil Lagi

Kenaikan harga BBM yang diumumkan Sabtu (3/9) dapat respon dari berbagai pihak.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Idayatul Rohmah
Nelayan Tambak Lorok Semarang tampak sedang menepi memisahkan ikan dari jala. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kenaikan harga BBM bersubsidi yang telah resmi diberlakukan mulai Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB lalu mendapat respon dari berbagai pihak.

Di antaranya adalah nelayan di Tambakrejo Semarang yang mengeluhkan kenaikan tersebut dan dikhawatirkan akan menimbulkan efek besar kedepan.

"Ketika kawan-kawan (nelayan) kalkulasikan, dampaknya lumayan besar," kata Marzuki, nelayan Tambakrejo Semarang saat dihubungi tribunjateng.com, Senin (5/9/2022).

Marzuki lebih lanjut menyebutkan, dirinya dan sejumlah nelayan lain di kawasan tersebut tergolong nelayan kecil dengan kebutuhan BBM harian baik pertalite ataupun solar hanya berkisar antara 1-3 liter.

Jika dikalkulasikan, kata dia, dampak kenaikan BBM bagi para nelayan lebih besar melihat efek domino yang ditimbulkan.

Harga kebutuhan pokok yang dimungkinkan juga mengalami kenaikan disebut bakal semakin menekan para nelayan kecil.

"Jadi satu hari kami mengalami kenaikan kebutuhan secara uang Rp7.500-Rp10.000. Itu baru BBM, belum lagi dampak naiknya sembako dan lain-lain, kalau diakumulasikan banyak," keluhnya.

Disebutkan lebih lanjut, penghasilan para nelayan sejauh ini telah menyusut dengan minimnya hasil tangkapan.

Di samping itu, harga tangkapan yang saat ini dinilai terlampau rendah membuat para nelayan maju-mundur akan kondisi yang terjadi.

Seperti halnya tangkapan rajungan. Dia menyebutkan harga rajungan kini mengalami penurunan secara drastis yakni dari yang semula Rp 120 ribu per kilogram kini menjadi Rp 30 ribu per kilogram.

Hasil tangkapan pun menurutnya kini semakin menurun.

"Harga rajungan sekarang hancur, Rp 120 ribu per kilogram jadiĀ  Rp 30 ribu per kilogram. Hasil tangkapan penurunannya drastis juga, lima tahun belakangan ini seperti hampir mengalami kepunahan. Awalnya orang menjaring bisa dapat 12 kilogram, sekarang 1 kg saja susah," ungkapnya.

"Harga ikan belum stabil, masih naik turun. Malah Turun mau, naik tidak mau."

Itu dipengaruhi pasar juga. Ketika harga BBM naik, otomatis tengkulak harus menambah cost untuk transportasi. Otomatis yang ditekan nelayan kecil lagi, artinya kalau mau dibeli ya harga murah. Kalau tidak mau ya tengkulak tidak mau beli, tengkulak tidak mau rugi," lanjutnya.

Sementara itu, bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang direncanakan pemerintah diharapkan dapat menyasar para nelayan kecil.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved