Berita Banyumas
Kisah Marta Bekes, Bule Hungaria Berjualan Roti Kentang di Purwokerto, Dulu Keliling Pakai Sepeda
Dialah Marta Bekes (56) seorang wanita keturunan Hungaria yang saat ini sudah berkebangsaan Indonesia
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Wanita dengan mata semu kehijauan dan rambut pirang emas kecoklatan itu menyita perhatian.
Sosoknya saat berjualan roti kentang di sudut Pasar Pereng Pratistha Harsa Purwokerto membuat pengunjung penasaran.
Ada bule jualan roti menjadi kesan pertama yang ditangkap.
Dialah Marta Bekes (56) seorang wanita keturunan Hungaria yang saat ini sudah berkebangsaan Indonesia.
Baca juga: Bambang Pacul: Kalau Pak Jokowi Mau Jadi Wapres ya Sangat Bisa
Baca juga: WHO: Akhir Pandemi Covid-19 Sudah di Depan Mata
Baca juga: Aksi Kencing Sembarangan di Bromo Viral, Turis Asing Minta Maaf
Bule Hungaria ini telah menetap lama di Indonesia, tepanya saat dia berumur 8 tahun atau sejak tahun 1975.
Ibunya adalah orang asli Hungaria sementara ayahnya merupakan pengacara asal Indonesia.
Karena sejak kecil hidup di Indonesia, Marta pun fasih berbahasa Indonesia.
Setelah menikah pada tahun 1987 ia ikut suaminya dan berpindah-pindah kota.
Dia sempat tinggal di Jakarta, Cilacap, Makassar, dan terakhir di Purwokerto.
Marta mulai menetap di ke Purwokerto sejak 2006.
Untuk membantu perekonomian Ia membuat usaha roti kentang yang dimulainya sejak 2008.

Awal ide membuat usaha roti kentang dilatarbelakangi saat anaknya dulu sering sakit maagh.
Hingga akhirnya ia belajar buat roti sendiri.
Ia kemudian kursus dan belajar membuat roti kentang dengan resep dasar saja.
Menurutnya ada beberapa hal yang dia cermati perbedaan antara di Indonesia dan Hungaria.
Kebiasaan yang membedakan antara orang Indonesia dan Hungaria.
"Disini pasti jam karet. Di Hungaria mereka on time semua," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (14/9/2022).
Ia mengaku masih ada keluarga di Hungaria dan terakhir pulang kampung saat masih SMA.
Ada cerita lucu bahwa dengan fisiknya yang beda Marta ternyata sering dimintai foto oleh pembeli.
Ia mengatakan memang ada perbedaan kebiasaan menyantap roti di Indonesia dan Hungaria.
Kalau di Indonesia cenderung lebih suka roti yang empuk dan manis.
Sementara di Hungaria roti justru menjadi sajian utama pelengkap sup.
Marta paling suka makanan Indonesia yaitu rendang dan nasi goreng.
Bahkan dia juga pandai memasak sendiri di rumah.
Sebagai pengusaha dia juga terkena dampak pandemi.
Ia mengatakan sebelum pandemi produksinya bisa tiga adonan atau 40 bungkus.
Harga roti tawarnya kisaran Rp18 ribu - Rp25 ribu.
Dia jual yang polos, tawar cokelat, kismis, sobek, dan roti sisir jadul.
Saat ini ia sedang mencoba bangkit lagi memulai usaha roti kentang.
Ternyata ada sebuah perjuangan yang cukup pajang yang pernah dilewati.
Sebelum punya lapak dagangan di pasar Pereng, Marta harus berjualan secara keliling dari perumahan ke perumahan di Purwokerto menggunakan sepeda.
"Dulu ditawari orangnya pada nolak.Dua tahun pakai sepeda.
Dua tahun berjualan dengan cara berkeliling dengan sepeda lalu dapat kios sampai sekarang," katanya.
Ibu dari tiga orang anak ini menceritakan resep utama roti tawarnya yaitu tanpa telur dan tanpa susu.
Sehingga saat kenaikan harga telur tidak terdampak padanya.
"Terigu saya terpengaruh.Terigu kemarin sempat naik tinggi.
Rp 260 ribu per karung, padahal tahun lalu Rp159 ribu," katanya.
Marta mengatakan resep utama mempertahankan bisnisnya adalah menjaga kualitas.
Kemudian menjaga komunikasi dengan pelanggan.
"Bisa terima pesanan, ke depan ingin mengembangkan usaha roti bakar dan saat ini sedang urus Sertifikat halal," terangnya. (jti)