Opini
Opini Muhammad Farid: Perspektif Daya Guna dan Pemajuan Budaya Kudus
MENYAMBUT Hari Ulang Tahun ke 473 Kabupaten Kudus edaran surat instruksi mulai bertebaran. Mulai dari yang sekadar meramaikan dengan ucapan, pasang sp
Orang-orang di sana tampak riang dan gembira. Anak-anak utamanya, sebab mereka memiliki aktivitas yang bisa mengalihkan perhatian pada kecanduan gadget dan sosial media. Di desa itu, perpustakaannya aktif, mereka menamainya sebagai Lumbung Baca. Dan setiap selesai membaca anak-anak bisa mengespresikan pengetahuannya itu menjadi ragam karya. Mulai dari lukisan, kaligrafi, puisi hingga teater dan tari. Mereka dibimbing oleh para pemuda desanya sendiri untuk bereksplorasi dalam kelas seni setiap seminggu sekali.
Dan atas upayanya itu semua, tahun lalu, mereka mendapat apresiasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud-Ristek RI). Itulah salah satu implementasi daya guna budaya untuk kemajuan desa.
Harapan tentu saja upaya yang demikian itu bisa jadi inspirasi bagi kita.
Utamanya pula bagi para pemangku kebijakan di Pemda, untuk merancang sebuah konsep laboratorium budaya. Yang bisa dijadikan sarana edukasi, diskusi, pameran serta ragam pelatihan aktivasi potensi desa. Yang bisa juga dimanfaatkan untuk kepentingan tour dan wisata, tanpa merusak lingkungan sekitarnya. Dengan begitu pelestarian budaya akan bisa berdaya guna, tak sekadar jadi slogan belaka. Semoga suatu saat bisa kita wujudkan bersama. (*/tribun jateng cetak)