Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

LDII

DPP LDII Ingatkan Komunisme Tak Selaras dengan Bangsa Indonesia yang Religius

Setiap akhir September, memori kolektif bangsa Indonesia ditarik pada peristiwa Gerakan 30 September atau G30S PKI.

Istimewa
Prof.Singgih Tri S saat menghadiri upacara HUT Bhayangkara ke-76 di Akademi Kepolisian, Semarang, 5/7. 

Singgih mengatakan meskipun sosialisme-komunisme juga memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan, namun ketidakselarasan dengan karakter rakyat Indonesia,

“Mereka sulit diterima dan dilarang,” ujarnya. Ia menyarankan pada masa depan, persoalan-persoalan kebangsaan, sebisa mungkin diselesaikan dari sudut pandang religiusitas bangsa, bukan dari satu kacamata ideologi.

Gerakan ormas agama di masa mendatang, membuka cakrawala yang lebih luas, bukan dakwah agama saja,

"Mereka juga harus memikirkan dan memperjuangkan masalah keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, dan kesetaraan di dalam masyarakat. Sehingga godaan-godaan untuk mengikuti gerakan radikal baik bersumber komunisme atau keagamaan bisa dihindari," imbuhnya.

Dengan langkah itu, bangkit harapan ormas-ormas bisa membantu mewujudkan impian para pendiri bangsa, terkait masa depan Indonesia.

Bahaya Radikalisasi Ideologi

KH Chriswanto Santoso 2022
Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan, selesainya Perang Dingin, persoalan global bukannya terhenti,

“Ketika kapitalisme dan liberalisme menang, mereka tak memiliki alat kontrol kekuasaan. Sehingga terus mengeksploitasi negara-negara berkembang dengan menyutikkan budaya massa,” ujar KH Chriswanto.

Budaya massa seperti konsumerisme, membuat umat manusia di berbagai negara menjadi pasar produk-produk yang sifatnya kesenangan belaka,

“Daya kritis menjadi tumpul, karena kapitalisme mendorong slogan, kamu adalah yang kamu pakai. Jadi nilai manusia terletak pada bendawi, keunggulan manusia hanya diukur dari benda-benda mewah yang dimiliki. Ini mendorong kea rah konsumerisme akut yang kerap mengabaikan moralitas bangsa,” imbuhnya.

Ia mengingatkan, kapitalisme dan liberalisme juga bisa menjadi radikal dalam bentuk pemujaan terhadap hak asasi,

“Lalu lahirlah gerakan LGBT, agama diabaikan, nilai-nilai kearifan lokal dianggap kuno. Inilah yang membuat bangsa menjadi terpuruk,” ujarnya.

Ia mengajak segenap elemen bangsa, untuk selalu menapis informasi dan menyaring ideologi, “Radikalisme ideologi itulah yang dikhawatirkan Bung Karno dulu, bukan hanya radikalisme agama, tapi juga radikalisme sekuler,” tutupnya. (*)

Baca juga: MUI Bekali Juru Dakwah LDII di Ponpes Al Ubaidah Nganjuk Sebelum Terjun di Tengah Masyarakat

Baca juga: LDII dan Menteri Kominfo Ingatkan Kecakapan Digital Bisa Wujudkan Peradaban Maju

Baca juga: DPD LDII Kabupaten Kudus Gelar Sarasehan dan Silaturahim untuk Mewujudkan Indonesia Maju

Baca juga: LDII Gelar Diklat Kamtibmas Semarang, Gus Yen: Diklat agar Para Dai Miliki Wawasan Dakwah yang Baik

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved