Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kisah di Balik Kuburan Massal Korban G30S PKI Plumbon Semarang: Pertama Datang Disuruh Bawa Menyan

Ada banyak kisah di balik kuburan massal G30S PKI di kawasan Perhutani , Plumbon, Wonosari, Semarang

Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Iwan Arifianto
Mahasiswi saat bertanya sejarah kuburan massal korban keganasan G30S PKI kepada Khamim di perbukitan area Perhutani, di dukuh Plumbon, Wonosari, Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (29/9/2022) 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Ada banyak kisah di balik kuburan massal G30S PKI di kawasan Perhutani , Plumbon, Wonosari, Semarang.

Kuburan tersebut selama puluhan tahun sempat terbengkalai.

Namun pada era 90-an hingga 2000-an, kuburan massal itu sempat dirawat oleh para pencari nomor togel.

Mereka merawat dengan membersihkan kuburan dan menata batu di sekitar lokasi lubang kuburan tersebut untuk keperluan ritual.

"Iya dulu ramai para pencari nomor togel di kuburan PKI tersebut," ujar warga Plumbon, Maryono (62) kepada Tribunjateng.com.

Baca juga: Tangis Putri Candrawathi Saat Dibawa ke Tahanan, Ini Penyataannya di Depan Wartawan

Baca juga: Kisah Penyamaran Istri DN Aidit dan Bupati Boyolali Usai G30S PKI Pecah, Pura-pura Jadi Suami Istri

Menurutnya, masih ada pencari togel yang datang ke tempat itu.

Para pencari togel yang datang ke situ harus bawa menyan dan ayam.

"Di situ ga doa, tapi macapat dan nyanyian Jawa," terangnya.

Kuburan massal korban keganasan G30S PKI  di perbukitan area Perhutani, di dukuh Plumbon, Wonosari, Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (29/9/2022).
Kuburan massal korban keganasan G30S PKI  di perbukitan area Perhutani, di dukuh Plumbon, Wonosari, Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (29/9/2022). (Iwan Arifianto)

Terpisah, Aktivis kemanusiaan dan penggiat HAM dari Perkumpulan Masyarakat Semarang,Yunantyo Adi, mengatakan, Era 90an kawasan itu menjadi ritual mencari judi togel.

Tak heran makam itu dirawat oleh para pencari nomor togel.

Mereka menata makam dengan rapi dengan memberikan batuan melingkar di area lubang kuburan.

Menurutnya, pada masa itu ke kuburan PKI mendapatkan stigma negatif. Tukang togel saat ramai togel membuat makam jadi bersih.

"Kalau dibilang siapa paling berjasa ya ada dua. Pertama warga kedua petogel yang bekerjasama dengan warga," katanya kepada Tribunjateng.com.

Plumbon memang dikenal sebagai tempat tujuan orang mencari nomor togel.

Kondisi itu  justru yang membunuh stigma PKI yang dibangun mantan Presiden Suharto.

Bahkan , sewaktu pertama kali ke sana dikira seorang yang hendak mencari nomor togel sehingga disuruh membawa menyan, ayam dan lainnya.

"Baru selepas dijelaskan, baru mereka kaget. Orang datang dengan ide berbeda sehingga mendukung," bebernya.

Mahasiswi saat bertanya sejarah kuburan massal korban keganasan G30S PKI kepada Khamim di perbukitan area Perhutani, di dukuh Plumbon, Wonosari, Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (29/9/2022).
Mahasiswi saat bertanya sejarah kuburan massal korban keganasan G30S PKI kepada Khamim di perbukitan area Perhutani, di dukuh Plumbon, Wonosari, Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (29/9/2022). (Iwan Arifianto)

Diberitakan sebelumnya, Jejak tragedi pembantaian G30S PKI masih ditemukan di Kota Semarang berupaya kuburan massal para korban.

Kuburan tersebut sempat diberi perhatian lebih oleh para pegiat HAM dengan berupa memberikan nisan bertuliskan nama-nama para korban yang terdeteksi pada 1 Juni 2015.

Sayangnya, kini kuburan massal itu yang mendapatkan status situs sejarah korban perang dari UNESCO kini tak terurus.

Kuburan massal korban pemberontakan G30S PKI lokasinya cukup tersembunyi lantaran berada di perbukitan area Perhutani.

Lokasi persis di dukuh Plumbon, Wonosari, Ngaliyan.

Bila dari arah Tugu Muda kota Semarang atau dari arah timur selepas pasar Mangkang ambil arah kiri masuk ke Gang Plumbon 3.

Lurus saja di jalur tersebut sekira 2 kilometer.

"Iya makam massal ini memang sudah tidak terawat. Saya pribadi kadangkala saja membersihkan," ujar warga Ahmad Khamim (83) kepada Tribunjateng.com , Kamis (29/3/2022).

Menurutnya, makam tersebut berisi para korban PKI.

Di area itu terdapat tiga lubang besar yang berjarak berdekatan.

"Ada tiga lubang tapi yang dikenal hanya delapan orang yang tertulis di papan nisan itu, lainnya tidak tahu," ungkapnya.

Makam itu tujuh tahun silam memang mendapatkan perhatian dari para aktivis HAM , pegiat sejarah dan pihak-pihak lain.

Perhatian itu dengan memberikan batu nisan setinggi hampir satu meter dengan tulisan delapan orang yang namanya masih dapat ditelusuri.

Nama-nama korban keganasan pembantaian di batu nisan itu kini telah pudar.

Area kuburan massal yang dipagari batu bata setinggi sekira 50 sentimeter juga sudah tak terlihat tertutup daun jati dan  semak belukar.

Terpisah, Aktivis kemanusiaan dan penggiat HAM dari Perkumpulan Masyarakat Semarang,Yunantyo Adi, mengatakan, mendapatkan informasi awal adanya makam itu dari mahasiswa Unika pada Juni 2014. 

Pihaknya mulai tergerak untuk merawat kuburan massal itu September 2014.

Selepas lobi berbagai pihak selama delapan bulan lebih kuburan massal itu berhasil diresmikan.

"Diresmikan ramai-ramai pada 1 Juni 2015 bertepatan dengan  hari Lahir Pancasila melibatkan pemerintah, TNI-Polri, Ormas, keluarga korban dan lainnya," katanya Tribunjateng.com.

Peresmian kuburan massal itu ternyata menarik semua pihak. 

Di antaranya organisasi dibawah naungan UNESCO bernama The International Center for the Promotion of Human Rights (CIPDH), yang menobatkan makam itu sebagai  situs sejarah korban perang.

UNESCO menilai pemakaman itu sebagai situs pelanggaran berat HAM masa lalu yang memperoleh perlakuan orang zaman sekarang dengan berbeda yang dianggap memiliki nilai edukasi.

"Plumbon dijadikan memori situs CIPDH UNESCO. Kami dihubungi lewat email 1 Mei 2019, dinyatakan resmi awal Januari 2020," terangnya.

Warga ketika peresmian itu sangat membantu.

Bahkan seminggu sebelum peresmian, para warga gotong royong membersihkan jalan hingga mendirikan tratak.

"Peresmian ketika itu sudah kayak acara pernikahan," terangnya.

Kegiatan peresmian pemakaman PKI itu memang terhitung lancar.

Memang ada beberapa kendala seperti orang menghubungi supaya membatalkan kegiatan peresmian kuburan itu.

Selain itu, perhatian dari pusat seperti Komnas HAM juga tidak ada respon.

"Ajaib saja, acara itu berlangsung baik-baik saja, tak ada yang mengganggu," ungkapnya.

Keluarga Korban 

Yunantyo mengaku, para keluarga korban yang terkubur di kuburan massal itu ikut diundang dalam kegiatan peresmian pemakaman.

Terungkapnya siapa korban yang berada dikuburkan itu berkat penelusuran para kolega seperti Mbah Mohkran dan Mbah Giri.

Mbah Mohkran sempat ditahan di lapas Kendal selama tiga tahun. 

Selepas itu pindah ke Mangkang Kulon yang jaraknya tak jauh dari kelurahan Wonosari.

Ketika menetap di wilayah itu, ia bertanya kepada para keamanan desa Wonosari untuk menanyakan siapa saja yang dieksekusi di lahan perhutani Plumbon.

Eksekusi dilakukan Januari 1966 selepas musim hujan dan hari raya idul Fitri.

"Mbah Mohkran hanya dapat nama delapan orang, semua korban dari Kendal," ungkapnya.

Sebenarnya korban berjumlah 24 orang semuanya tercatat oleh warga.

Namun orang yang mencatat itu keburu meninggal dunia sedangkan istri warga yang mencatat itu sudah pindah sehingga catatan itu kini entah di mana. 

"Paling diingat adalah satu-satunya korban perempuan bermana Moetiah dan wakil Bupati Kendal kala itu Soesatjo," tandasnya.  (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved