Inspirasi

Kisah Firman Setyaji Bawa Karya Perajin Eceng Gondok di Tuntang Dipamerkan di Eropa

Kini tanaman eceng gondok yang biasa dijumpai di perairan atau rawa-rawa di sulap menjadi kerajinan yang memiliki nilai tinggi.

Penulis: Hanes Walda Mufti U | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Hanes Walda
Pemilik Bengok Craft Firman Setyaji dengan latar belakang kerajinan asal eceng gondok di galeri Dusun Sejambu  Desa Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Jumat (30/9/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA  – Kini tanaman eceng gondok yang biasa dijumpai di perairan atau rawa-rawa di sulap menjadi kerajinan yang memiliki nilai tinggi.

Biasanya eceng gondok merupakan tanaman gulma di perairan yang membuat masalah bagi para nelayan khususnya di Rawa Pening Kabupaten Semarang

Sebab membuat ikan tidak banyak dan membuat akses nelayan menjadi sulit.

Pemuda asal Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang bernama Firman Setyaji (30) membuat kerajinan tangan berbahan dasar eceng gondok, bahkan kerajinan tersebut sudah dipamerkan sampai Eropa.

Baca juga: Hasil Pemutakhiran KPU Bulan September, Daftar Pemilih Berkelanjutan di Sukoharjo 655.102 Orang

Baca juga: Optimalkan Pajak Daerah, Pemkab Blora Tempatkan Alat Rekam Transaksi Pada Beberapa Objek Pajak

Baca juga: Pesan Terakhir Nadhiroh Personel Nasida Ria Sebelum Meninggal: Meski Sakit Aku Tetep Semangat

Firman mengatakan kerajinan miliknya diberi nama Bengok Craft yang bermula pada tahun 2019.

Nama bengok diambil dari sebutan warga lokal yang artinya eceng gondok.

“Saya melihat banyak pemanfaatan eceng gondok banyak pengolahan bahan mentah saja namun pengolahan bahan jadinya malah di luar sekitar Rawa Pening,” kata Firman kepada tribunjateng.com, Jumat (30/9/2022).

Firman bertekad untuk membangun ruang kreasi eceng gondok yang ada di desa tepi Rawa Pening dengan modal ilmu dari kerja di Jakarta.

Tujuannya agar tempat yang banyak ditumbuhi eceng gondok juga sebagai tempat kreasi olahan eceng gondok.

“Kita riset mulai potensi lokal yaitu eceng gondok, kemudian riset pengrajin eceng gondok dan kreasinya di 20 pengrajin,” ungkap pemuda lulusan Krimonologi Universitas Indonesia ini.

“Dari situ kita tahu permasalahan utamanya adalah susah mencari marketnya selain itu kreativitasnya juga sama dengan daerah lain,” imbuhnya.

Setelah mengetahui potensi dan permasalahan pengrajin, Firman berinovasi untuk mencoba membuka pasar kerajinan eceng gondok melalui media sosial.

Pihaknya lebih memfokuskan pada fashion han craft eceng gondok dengan membentuk inovasi baru dan pasar baru.

“Kalau di tempat lain itu ada home decore furniture, disini kita kenalkan fashion hand craft, seperti sandal, topi, dan tas,” paparnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved