Tragedi Kanjuruhan Malang
Kisah Para Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan dari Tribune, Ratapan Elmiati Lihat Jasad Anak dan Suami
Kedua orang penting dalam hidupnya itu meninggal, menjadi korban tragedi di Kanjuruhan
Slamet dan rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa dan mencari jalan keluar setelah melihat potensi situasi tak terkendali.
Namun tiba-tiba tembakan gas air mata mengarah ke tribune penonton.
"Kalau (tembakan gas air mata) yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena memang melanggar batas area. Tetapi, kenapa yang di tribune? Salah apa ditembak gas air mata?" kata dia.
Ribuan penonton di tribune pun berdesak-desakan, ada yang terjatuh dari tribune, terinjak-injak, hingga 125 orang meninggal dunia.
Patah tulang kanan usai terinjak-injak

Riyan Dwi Cahyono (22) masih terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan. Dia mengalami patah tulang kanan akibat terinjak-injak dalam insiden tragedi Kanjuruhan.
Saat itu, Riyan memang berniat ikut turun ke lapangan setelah kekalahan Arema.
"Kami turun tujuannya memang untuk protes kepada pemain dan manajemen Arema FC, kenapa bisa kalah? Padahal selama 23 tahun sejarahnya Arema FC tidak pernah kalah melawan Persebaya di kandang Singo Edan," kata dia.
Akan tetapi, belum sampai melompati pagar, tembakan gas air mata datang ke arahnya di tribune sebelah timur.
Riyan jatuh dan terinjak-injak oleh suporter lain yang berebut turun dari tribune.
"Saat itu saya tidak berdaya. Bahkan teman perempuan saya yang bareng bersama saya dari Blitar hilang dan belum tahu bagaimana kondisinya saat ini," katanya.
Dada Riyan seketika merasa sesak. Dia sulit bernapas.
Dalam kondisi itu, dia melihat sejumlah petugas keamanan memukul suporter.
"Kami kecewa dengan perlakuan petugas keamanan. Kami juga dipukul, ditendang oleh petugas," ungkapnya.
Gas air mata menyebar
