Tragedi Kanjuruhan Malang
Stadion Kanjuruhan Malang Tak Layak Gelar Laga Berisiko Tinggi, Hasil Investigasi TGIPF
Untuk pertandingan yang diperkirakan berisiko tinggi pelaksana harus membuat perhitungan secara rinci dan mempertimbangkan kemungkinan terburuk.
"Jadi sementara yang saya lihat adalah pintu masuk berfungsi sebagai pintu keluar, tapi itu tidak memadai."
"Kemudian tidak ada pintu darurat," ucap Nugroho.
"Jadi mungkin ke depan perbaikannya adalah merubah struktur pintu itu."
"Kemudian juga mempertimbangkan aspek akses seperti anak tangga," lanjut Nugroho.
Nugroho yang ditugaskan menyelidiki segi infrastruktur Stadion Kanjuruhan Malang dalam TGIPF juga menyoroti soal anak tangga.
Menurut dia, anak tangga di Stadion Kanjuruhan Malang tidak sesuai dengan standar karena ukuran tinggi dan lebarnya sama.
"Anak tangga ini kalau secara normatif dalam safety regulate, ketinggian 18 sentimeter, lebar tapak 30 sentimeter."
"Ini tadi antara lebar tapak dan ketinggian sama."
"Rata-rata mendekati 30 sentimeter," papar Nugroho.
"Jadi intinya kalau dengan ketinggian normal tadi tinggi 18 sentimeter dan lebar tapak 30 sentimeter, ini berlari turun, berlari naik, itu tidak ada kemungkinan jatuh," lanjut Nugroho.
Nugroho mengatakan, lebar anak tangga di Stadion Kanjuruhan Malang juga tidak ideal untuk kondisi massa penonton yang berjubel.

Baca juga: Liga 3 Ditunda Imbas Tragedi Kanjuruhan Malang, Ini yang Dilakukan Persika Karanganyar
Dia juga menyorot pegangan tangga atau railing besi yang tidak terawat dan akhirnya rusak saat kejadian sehingga turut melukai para penonton.
"Lebar dari anak tangga ini juga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd, karena karena harus ada railing."
"Railing untuk pegangan."
"Nah railing-nya juga sangat tidak terawat dengan stampede, desakan yang luar biasa, akhirnya railing-nya patah, dan itu juga termasuk yang melukai korban," ujar Nugroho.