Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tragedi Kanjuruhan Malang

Stadion Kanjuruhan Malang Tak Layak Gelar Laga Berisiko Tinggi, Hasil Investigasi TGIPF

Untuk pertandingan yang diperkirakan berisiko tinggi pelaksana harus membuat perhitungan secara rinci dan mempertimbangkan kemungkinan terburuk.

Editor: deni setiawan
KOMPAS.com/SUCI RAHAYU
Gate 13 Stadion Kanjuruhan Malang. Saksi bisu tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan Malang membuka hasil temuan sementara pada Minggu (9/10/2022).

Ada beberapa hal yang menjadi catatan tim TGIPF, satu di antaranya menyatakan jika Stadion Kanjuruhan Malang tidak layak untuk digunakan laga berisiko tinggi.

Menurut tim, ada beberapa perinci dimaksud laga berisiko tinggi.

Salah satunya seperti laga derbi Jatim, Arema FC Vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) malam itu.

Baca juga: Potret Pintu Paling Mematikan di Stadion Kanjuruhan Malang, Banyak Korban saat Ada Gas Air Mata  

Hasil temuan sementara Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan Malang menyatakan Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak layak untuk menggelar pertandingan dengan risiko tinggi (high risk).

Seperti dalam laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022.

"Kesimpulannya sementara bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match."

"Mungkin kalau itu medium atau low risk masih bisa," kata Anggota TGIPF Tragedi Kanjuruhan Malang, Nugroho Setiawan, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (9/10/2022).

Nugroho mengatakan, untuk pertandingan yang diperkirakan berisiko tinggi pelaksana harus membuat perhitungan secara rinci dan mempertimbangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

"Harus membuat kalkulasi yang sangat konkret."

"Misalnya bagaimana cara mengeluarkan penonton pada saat keadaan darurat," ujar Nugroho yang merupakan ahli keamanan pertandingan (security officer) sepak bola berlisensi Federasi Internasional Asosiasi Sepak Bola (FIFA).

Menurut Nugroho, dari rekaman kamera pemantau atau CCTV di Stadion Kanjuruhan Malang saat peristiwa kericuhan yang menewaskan 131 orang itu terjadi terlihat massa penonton panik.

Mereka berebut mencari pintu untuk bisa keluar menghindari asap gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian guna menghentikan kericuhan.

Dia mengatakan, saat massa penonton berebut menyelamatkan diri mereka berupaya keluar dari pintu 13 di stadion.

Baca juga: Surat Resmi FIFA Diterima Presiden Jokowi, Merespon Tragedi Kanjuruhan Malang, Berikut Isinya

Baca juga: Ketua Panpel Arema FC Menangis Meminta Maaf, Keponakan Haris Juga Tewas di Tragedi Kanjuruhan Malang

Akan tetapi, karena pintu itu sebenarnya untuk penonton masuk maka terjadi desak-desakan yang membuat sejumlah penonton terhimpit dan terinjak-injak hingga kehabisan napas.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved