Berita Kudus

Duh! Perajin Tahu dan Tempe Sulit Dapatkan Solar Padahal Sudah Buat Surat Keterangan Usaha

Para pelaku usaha kecil kesulitan mendapatkan solar, seperti perajin tempe dan tahu.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Rezanda Akbar D
Karmiyati, perajin tempe di Desa Karangbener mengeluh kesulitan mendapatkan solar untuk produksi buat tempe. 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Adanya pengetatan pembelian BBM Subsidi jenis solar menyebabkan para pelaku usaha kecil kesulitan mendapatkan solar.

Hal itu diresahkan oleh Karmiyati, perajin tempe rumahan yang sudah menjalankan bisnisnya selama dua generasi.

Apalagi, beban yang dia rasakan makin berat mengingat harga kedelai perkilonya Rp 12.700-12.900.

"Sekarang aku tanya, kok cari solar sulit itu gimana ceritanya?" tanyanya kepada Tribunjateng.com, Selasa (11/10/2022).

Dirinya pontang-panting untuk mencari solar yang digunakan untuk membuat tempe.

Kesulitan mendapatkan solar dari SPBU ini sudah berjalan selama dua bulan terakhir.

Bahkan, surat izin dari RT, RW, hingga kepala desa pun tetap tidak bisa tembus ke SPBU untuk membeli solar.

Suasana rumah produksi tahu milik Maskuri.
Suasana rumah produksi tahu milik Maskuri. (Tribun Jateng/Rezanda Akbar D)

"Saya sudah minta surat ke RT RW kalau saya warga sini dan beli solar untuk usaha tempe saya, tapi kata SPBU tetap ga bisa," jelasnya.

Jika kehabisan solar, dirinya meminta-minta solar di tetangganya yang usaha tahu.

"Ga butuh banyak ya buat tempe, paling dua liter atau tiga liter, kalau usaha tahu kan butuh banyak. Kalau saya habis utang seciduk (pakai ciduk) solar ke gudang tahu," jelasnya.

Untuk membeli solar, dia sampai memesan kepada mobil yang hendak mengisi solar, namun biasanya dia menambahkan uang seribu sebagai jasa.

"Saya beli di mobil yang ngisi, misal kalau Rp10.000 itu saya tambahi seribu bayarnya," ucapnya.

Tidak jauh dari Rumah Produksi Tempe milik Karmiyati di Desa Karangbener, seorang perajin tahu juga merasakan sulit mencari solar.

"Solar barang ya angel (sulit), sama saja tambah pikiran sudah kedelai naik solar carinya sulit," katanya.

Meskipun harga naik kali ini, Maskuri malah kesulitan mendapatkan solar ketimbang sebelumnya.

Dirinya juga sudah melakukan hal yang serupa dengan Karmiyati.

"Sudah buat surat-surat tapi susah dapatkanya, tidak bisa beli di pom bensin. Cara satu-satunya beli di mobil elsapek yang pakai solar, saya ambil dari situ," ujarnya.

Maskuri menjelaskan bahwa dalam sehari, dia bisa menghabiskan 10 liter solar bahkan lebih, tergantung seberapa banyak pesanan tahunya.

Jika Maskuri kehabisan solar, maka usaha tahu miliknya tidak bisa beroperasi. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved