Banjir Mangkang Semarang
Benarkah Karena Proyek Normalisasi Sungai Beringin Semarang? Pemicu Banjir Mangkang Kemarin Sore
Kondisi saluran drainase yang tak mampu menampung debit air lantaran drainase jalan posisi lebih rendah daripada air sungai.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Banjir yang terjadi di Wonosari dan Mangkang Wetan pada Kamis (13/10/2022) sore bukan semata-mata lantaran kebocoran titik pintu talud proyek normalisasi Sungai Beringin Semarang.
Ternyata ada sumbatan berupa tumpukan sampah di jembatan nasional Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Kondisi itu ikut memperparah banjir tersebut.
Baca juga: Warga Gemah Semarang Was-was Tembok 100 Meter Mau Roboh, Pemilik Yayasan Cuek Saja
"Iya banjir kemarin ada sumbatan sampah di jembatan nasional."
"Banyak sampah menumpuk di situ."
"Hal itu menjadi salah satu kondisi memperparah banjir," kata PPK Sungai Pantai 2 BBWS Pemali Juana, Dani Prasetyo kepada Tribunjateng.com, Jumat (14/10/2022).
Dia berkata, debit air sungai juga terlalu besar dibandingkan debit yang biasa terjadi.
Ditambah sampah-sampah kiriman dari hulu yang menumpuk di jembatan nasional di Wonosari, Ngaliyan.
Selain itu, kondisi saluran drainase yang tak mampu menampung debit air lantaran drainase jalan posisi lebih rendah daripada air sungai.
Tak heran ketika air sungai tinggi drainase tak bisa menampung.
"Untuk sampah yang menumpuk di jembatan nasional itu di luar kewenangan kami, tetapi Bina Marga."
"Yang punya wewenang meninggikan jembatan itu Bina Marga," terangnya.
Disamping itu, diakuinya, masih ada titik-titik yang belum pihaknya kerjakan karena masih terkendala pembebasan lahan yang hingga kini belum terselesaikan oleh Pemkot Semarang.
Pihaknya lantas melakukan langkah-langkah pencegahan supaya kejadian banjir tak terulang kembali yakni dengan meninggikan saluran.
"Iya kami tinggikan supaya tak kembali terjadi," ungkapnya.
Baca juga: Kata Mbak Ita Saat Kunjungi Warga Terdampak Banjir Mangkang Semarang, Prioritaskan Lansia dan Bayi
Baca juga: Sehari Dua Kali 500 Lansia Diberi Makanan Bergizi, Program Penanganan Sosial Kabupaten Semarang
Progres Normalisasi Sungai Beringin
Dani mengungkapkan, progres normalisasi Sungai Beringin Semarang mencapai 80 persen.
Pihaknya optimistis proyek yang diidamkan warga di aliran Sungai Beringin itu selesai sesuai target pada Desember 2022.
Di waktu yang kian mepet, kondisi musim hujan menjadi tantangan tambahan dalam pengerjaan proyek tersebut.
"Musim hujan pasti menghambat."
"Tapi kami tetap kejar, misal harus dilembur, kami terapkan lembur," bebernya.
Selain kendala musim hujan, pihaknya kini terkendala lahan sengketa.
Hingga kini masih ada 43 bidang tanah yang belum dibebaskan.
"Hal itu memperlambat proses pengerjaan," katanya.
Dia mengatakan, pembebasan lahan menjadi kendala utama dalam pengerjaan proyek normalisasi.
Pihaknya tentu alami kendala saat lahan belum bebas tapi melakukan pemasangan kontruksi.
"Selain itu, akses lokasi juga terbatas."
"Keluar masuk dump truk masih terbatas," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (14/10/2022).
Dia menyebut, proses pengerjaan normalisasi Sungai Beringin saat ini sudah berupa pemasangan tanggul talut.
Selian itu ada pemasangan jembatan existing di empat titik meliputi jembatan Wonosari, Muhammadiyah, Hasanudin, dan jembatan Perahu.
Jembatan Muhammadiyah dan Hasanuddin berada di Mangkang WetanSedangkan jembatan Perahu di Mangunharjo.

Baca juga: Terima Kasih BSB, Tugu Perjuangan dan Taman Ngaliyan Diresmikan, Mbak Ita: Kota Semarang Makin Indah
Rekontruksi jembatan dilakukan seusia desain terutama lebar jembatan agar menyesuaikan kontruksi Sungai Beringin.
"Jembatan existing saat ini sudah rendah kalau banjir alami penyempitan," paparnya.
Menurut Dani, panjang proyek kontruksi normalisasi Sungai Beringin Semarang sepanjang 4,25 kilometer.
Nantinya, lebar sungai rata-rata menjadi 25 meter di bagian hulu dan 30 meter di hilir.
Luasan Sungai Beringin di kondisi tersebut akan mampu menampung debit air sebesar 371 meter kubik perdetik atau tiga kali lipat daya tampungnya dibandingkan dengan kondisi sungai sekarang.
Sungai Beringin Semarang sebelum ditangani hanya mampu menampung 100 meter kubik perdetik.
Sebagai gambaran banjir kemarin itu di angka kisaran 250 kubik perdetik.
"Jadi ditingkatkan tiga kali lipatnya," katanya.
Terpisah, Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman mengatakan, banjir terjadi disamping lantaran curah hujan tinggi, baik dari wilayah atas maupun bawah ternyata disebabkan normalisasi Sungai Beringin.
Sebab ada beberapa simpul titik pertemuan anak sungai dengan Sungai Beringin Semarang mestinya harus dipasang pintu terlebih dahulu, malah ditinggal.
"Kami minta alat berat menutup terlebih dahulu menggunakan tanah, baru itu aman tapi air campur lumpur sudah terlanjur masuk rumah," bebernya kepada Tribunjateng.com, Kamis (13/10/2022) malam.
Ada empat titik yang menjadi pintu masuk air banjir masuk ke permukiman warga yakni di RW 06 dan RW 07 Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Ditambah di Mangkang Wetan ada celah di pinggiran sungai persisnya di RW 01 dan RW 07.

Baca juga: Inilah Penampakan Pasangan Yang Buang Bayi di Jalan Wologito Semarang
Ia mengatakan, petugas proyek lebih mengejar pemasangan sheet pile atau tiang pancang terlebih dahulu sehingga pintu yang belum terpasang membuat air masuk lewati titik tersebut.
Hal itu terjadi di Wonosari, Ngaliyan.
"Di Mangkang Wetan sheet pile yang masih kurang dipasang sehingga memberikan celah bagi air masuk ke rumah warga," papar pria yang akrab disapa Pilus itu.
Dia meminta kepada pihak yang mengerjakan proyek Sungai Beringin hal-hal tersebut jangan sampai terulang kembali.
"Iya kami sudah rapatkan koordinasi dengan Camat, nanti kami undang pelaksana proyek yang tadi kami sampaikan dipersiapkan biar kejadian seperti ini tidak terulang lagi," bebernya.
Menurutnya, normalisasi Sungai Beringin menjadi harapan warga di Wilayah Kecamatan Ngaliyan dan Tugu supaya wilayahnya tidak terendam banjir yang sudah menjadi langganan tiap tahun.
Pihaknya mendorong proyek itu harus selesai tepat waktu dan jangan sampai molor sebab curah hujan tinggi di Desember 2022 sampai Januari 2023.
"Normalisasi ini menjadi kebanggaan warga supaya menjawab impian dan harapan selama ini eh malah ini dikirim lagi," tandasnya. (*)
Baca juga: Sudah Ditambah Tetap Saja Masih Kurang, Segini Sebenarnya Kebutuhan Pupuk Subsidi di Kudus
Baca juga: Rumah Suyono Lagi Dibangun Malah Tertimpa Longsor, Efek Hujan Deras Selama Dua di Wonosobo
Baca juga: Warga Gemah Semarang Was-was Tembok 100 Meter Mau Roboh, Pemilik Yayasan Cuek Saja
Baca juga: Ini Dugaan Penyebab Hendrik Meninggal, Ditemukan Adik Saat Cek Rumah Desa Ngringo Karanganyar