Wawancara Khusus
Hermawi: Pada Saatnya Kita Bersanding Kembali (3-Habis)
Menurutnya, partai sebagai rumah demokrasi memang kerap berbeda pandangan didalamnya. Sehingga, Hermawi tak risau soal keputusan pada kader keluar
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA- Wasekjen Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis DPP NasDem Hermawi Taslim menilai keputusan sejumlah kader partai keluar usai deklarasi dukungan kepada Anies Baswedan tak perlu disikapi secara berlebihan.
Menurutnya, partai sebagai rumah demokrasi memang kerap berbeda pandangan didalamnya. Sehingga, Hermawi tak risau soal keputusan pada kader keluar dari partai besutan Ketua Umum Surya Paloh itu.
Hal itu disampaikan Hermawi Taslim saat dialog Tribun Series bertajuk 'Mengapa Mundur Setelah Anies Diusung Bakal Capres?' yang dipandu oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra secara virtual, Jumat (7/10).
"Ada yang keluar, ada yang masuk, itu hal biasa saja itu silih-berganti, ini rumah demokrasi kan bergantung pada pandangan dan referensi yang kita alami," kata Taslim.
Diketahui, usai deklarasi dukungan Anies Baswedan sebagai calon presiden (Capres) sejumlah kader memilih keluar. Mereka antara lain Niluh Djelantik yang sebelumnya Ketua Departemen Bidang UMKM DPP Partai NasDem dan Andreas Acui Simanjaya yang sebelumnya kader DPD Partai NasDem Kalimantan Barat (Kalbar).
Taslim menuturkan tentu Partai NasDem juga menyampaikan rasa terima kasih atas kebersamaan dengan para kader seperti satu di antaranya Niluh Djelantik yang memilih keluar.
Menurutnya, Niluh Djelantik memiliki kedekatan dengan DPP NasDem selama dua periode sebelum Kongres 2019.
Berikut peryataan Hermawi Taslim terkait keputusan dua kader Partai NasDem yang memilih keluar usai deklarasi Anies Baswedan:
Pak Hermawi, terkait keputusan Bu Niluh dan Pak Andreas (keluar dari NasDem), bisa dielaborasi kembali?
Apa yang terjadi hari ini bagian dari proses, bagian dari artikulasi aspirasi masyarakat, dan kalau pada saatnya karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, harus berpisah sesaat itulah kenyataannya dan itulah kita harus hadapi.
Bukan hanya terhadap Niluh, kalau orang seperti saya bagaimana saya di gereja, bagaimana saya dengan istri saya, itu problem kita. Disitulah kita diuji kedewasaan kita.
Jadi menurut saya, apa yang terjadi, Pak Andreas juga, dulu Pak Andreas ini caleg kita di DPR RI. Ini sesuatu yang tidak luar biasa, tapi point saya yang pertama bahwa sejarah akan menguji kita ini betul-betul menempatkam nasionalisme di atas segalanya.
Kedua, kita tidak boleh tersandra oleh masa lalu, masa lalu itu sebuah fakta, kita harus terima sebagai suatu perjalanan hidup.
Oleh karena itu kita hargai, sikap dan langkah Niluh kita hargai sikap langkah Pak Andreas. Biar saja ini berjalan, persaudaraan kebersama, pertemanan pasti lebih di atas pilihan ini.
Biar saja sambil berjalan pada saatnya nanti, kalau istilahnya sekarang ini ibaratnya kita bertanding, nanti pada saatnya kita bersanding kembali.