Wawancara Khusus
Niluh Mengaku Pilkada DKI Membuat Patah Hati (2)
Perempuan asal Bali ini mengungkapkan alasan mengapa dirinya meninggalkan Partai NasDem. Dia mengaku masih teringat luka dari kontestasi Pilkada DKI
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Keputusan Partai NasDem mendeklarasikan dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai Calon Presiden (Capres) mendapat respons dari internal partai.
Niluh Djelantik, yang merupakan Ketua DPP Partai NasDem memilih keluar dari Partai pimpinan Ketua Umum Surya Paloh itu.
Perempuan asal Bali ini mengungkapkan alasan mengapa dirinya meninggalkan Partai NasDem. Dia mengaku masih teringat luka dari kontestasi Pilkada DKI 2017.
Kata Niluh, Anies Baswedan yang saat ini, diusung menjadi bakal calon Presiden 2024 meninggalkan dampak polarisasi politik cukup besar.
Dia masih ingat bagaimana dirinya bersama sejumlah orang mendirikan relawan Teman Ahok, yang merupakan lawan Anies Baswedan di Pilkada DKI 2017, lalu.
Dimana, saat ini dirinya menilai mendapat sejumlah intimidasi, mendiskreditkan personal, dan merugikan usaha yang dijalankannya.
Hal itu disampaikan Niluh saat dialog Tribun Series bertajuk 'Mengapa Mundur Setelah Anies Diusung Bakal Capres?' yang dipandu oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra secara virtual, Jumat (7/10).
"Ini jauh sebelum saya memutuskan masuk partai politik, bahwa saat itu saya berjuang untuk Pak Ahok all out, kami menjadi bagian dari teman Ahok, mendirikan teman Ahok di Kemang," kata Niluh.
Niluh juga menyayangkan sikap Partai NasDem yang kala itu sangat mendukung Ahok yang dituduh menistakan agama, justru saat ini berbalik arah mendukung Anies.
Berikut hasil wawancara Niluh Djelantik terkait keputusan keluar dari Partai NasDem:
Bu Niluh bisa dijelaskan tidak, apa sih buruknya Pak Anies, apa kekurangan Anies Baswedan di mata Niluh Djelantik, sehingga kemudian memilih untuk meninggalkan Partai Nasdem ?
Anies, Pak Anies Baswedan adalah salah satu idola saya. Salah satu idola saya sejak beliau masih di Paramadina. Saya pernah berkomunikasi dengan Mas Anies langsung pada saat beliau ditunjuk menjadi juru bicara dari Capres pada saat itu yaitu Pak Presiden Jokowi.
Saya menyampaikan kepada beliau, saya titip Bali yah, kan nanti karena kami kan memperjuangkan seorang Jokowi. Beliau kan adalah juru bicara dari Jokowi. Saya melihat Nasionalisme beliau itu sebagai seorang stakeholder, sebagai seorang pendidik, sebagai seorang rektor termuda di Negeri ini di Paramadina. Saya lihat beliau adalah pada saat itu saya melihat beliau memiliki potensi dan beliau bersama orNg baik ini, saya sudah berkomunikasi sejak lama sebenarnya dengan mas Anies hingga akhirnya beliau diangkat menjadi menteri, saya tetap menjaga hubungan baiknya.
Nah jikalau kemudian di tahun 2017 beliau dipilih menjadi salah satu calon gubernur dan saat itu beliau apa namanya sudah selesai menjadi menteri. Pada saat itu saya masih tetap baik-baik saja dan beliau This is...competion. kompetisi itu adalah....ada Anies Baswedan ada juga bapak Basuki Tjahaja Purnama. Di saat yang sama masuk juga AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) ya kan.
Ini adalah anak-anak bangsa yang akan berkompetisi secara fair, secara kesatria. Karena saya juga begini-begini juga saya mantan atlet gitu loh. Sistem kompetisi itu seperti apa bagaiamana kita bertanding dengan fair.