Berita Sragen
Simak, BPBD Sragen Petakan Wilayah Rawan Bencana di Sragen
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen petakan 20 kecamatan di Kabupaten Sragen yang dimungkinkan terkena bencana
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen petakan 20 kecamatan di Kabupaten Sragen yang dimungkinkan terkena bencana hidrometeorologi.
Kepala BPBD Sragen, Agus Cahyono mengatakan bencana hidrometeorologi di Sragen bisa meliputi angin kencang, banjir dan tanah longsor.
Dia mengaku pihaknya telah menetapkan lokasi status siaga darurat bencana angin banjir dan tanah longsor pada musim penghujan 2022 di Sragen.
Untuk bencana hidrometeorologi angin kencang diperkirakan akan merata di 20 kecamatan dengan perkiraan 81 desa yang akan terdampak.
Bencana banjir diperkirakan menimpa 14 kecamatan dengan 45 desa. Sementara tanah longsor diperkirakan akan melanda empat kecamatan yakni Sambirejo, Kalijambe, Plupuh dan Masaran dengan 13 desa yang diperkirakan akan terdampak.
Mengantisipasi adanya bencana ini, Agus sapaan akrabnya itu mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa memantau prakiraan cuaca BMKG bilamana mau bepergian atau ada suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.
Selain itu Agus mengatakan lewat sosial media BPBD, pihaknya juga mengupdate prakiraan cuaca setiap harinya bahkan minggu. Bahkan, kata Agus ilmu kearifan lokal di jawa juga bisa digunakan.
"Kemudian juga ilmu titen bisa digunakan. Kalau orang Jawa seperti kita itu kan ilmu titen, kalau pagi sudah mendung putih siang pasti ada hujan, kalau panas tiba-tiba mendung berarti hujan angin kearifan lokal juga harus kita gunakan," katanya ketika berbincang dengan Tribunjateng.com.
Selain itu, Agus meminta masyarakat agar tidak segan-segan untuk berkoordinasi kepada pemangku wilayah atau satuan kerja terkait untuk informasi apabila ada bencana.
Agus mengatakan saat ini masyarakat terlibat langsung sebagai subjek dan objek yang yang terdampak langsung maupun pelaku yang bisa membantu secara langsung.
Pihaknya membutuhkan sinergi atau komunikasi dua arah dengan masyarakat terkait kebencanaan di lingkungannya.
"Tanpa laporan kami juga tidak tau, disamping memang kami sendiri di internal punya Whatsapp grup relawan kemudian kami juga ada jejaring dengan TNI, Polri yang lain serta pemangku wilayah yang lain," katanya.
Dengan keterbukaan informasi ini, Agus mengatakan kehadiran pemerintah dalam hal penanganan bencana bisa direspon respon dengan cepat dan bisa melayani masyarakat dengan baik. (uti)
Baca juga: Aplikasi Penghasil Uang Candy Bubble Blast Membayar Tanpa Undang Teman
Baca juga: Pemetaan Keahlian, 600 ASN Pemkab Batang Ikuti Assessment
Baca juga: Dokter Boyke Ungkap Perbedaan Selaput Dara yang Robek karena Hubungan Seks dan Olahraga Berat
Baca juga: Bank Mandiri Catatkan Konsistensi Jaga Kualitas Aset di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global