Dongeng Sebelum Tidur Pemahat Kayu dan Patung Anak Sapi
Di sebuah desa yang makmur, semua penduduknya hidup berkecukupan. Namun, ada seorang pemahat patung yang hidup sangat miskin.
Penulis: Ardianti WS | Editor: galih permadi
Ketika sore tiba, si Gembala terbangun. Dia berteriak-teriak memanggil anak sapi itu. Namun, anak sapi itu tidak juga muncul. Si Gembala malas untuk mencari si anak sapi.
“Buat apa aku bersusah payah mencarinya. Kalau anak sapi itu bisa makan sendiri, pasti dia bisa pulang sendiri juga,” gumamnya.
Ketika pulang melewati rumah si Pemahat, si Pemahat sangat terkejut karena si Gembala tidak membawa anak sapi kayunya. Ia sangat marah. Si Gembala terpaksa menemani si Pemahat ke padang rumput. Di sana, mereka mencari anak sapi itu namun tidak menemukannya.
“Ini salahmu kalau dia hilang,” kata si Pemahat itu. “Kamu tidak menjaga dia baik-baik. Padahal, aku sudah memberimu upah tongkat gembala yang terindah di desa ini!”
Si Gembala tak mau disalahkan. Menurutnya, anak sapi itu yang salah, sebab pergi terlalu jauh dari padang rumput. Akhirnya, mereka berdua menghadap Pak Hakim.
Setelah mendengar cerita mereka berdua, Pak Hakim yang bijak itu memutuskan bahwa si Gembala yang bersalah. Jadi, ia harus mengganti sapi si Pemahat. Dengan terpaksa, si Gembala akhirnya memberikan seekor sapi sebagai ganti anak sapi kayu yang hilang. Angan-angan si Pemahat pun terkabul. Anak sapinya berubah menjadi sapi betulan…
(Dok. Majalah Bobo / Fabel)
Artikel ini telah tayang di bobo.grid.id dengan judul Pemahat Kayu dan Patung Anak Sapi