Apa Itu Relapse? Kondisi Medis yang Dialami Pecandu Narkoba Saat Penyembuhan
Apa Itu Relapse? Kondisi Medis yang Dialami Pecandu Narkoba Saat Penyembuhan
Penulis: non | Editor: galih permadi
Apa Itu Relapse? Kondisi Medis yang Dialami Pecandu Narkoba Saat Penyembuhan
TRIBUNJATENG.COM - Apa itu relapse? Berikut tentang kondisi medis yang kerap dialami para pecandu narkoba saat masa penyambuhan.
Apa Itu Relapse?
Relapse adalah istilah yang biasanya digunakan orang yang kecanduan sesuatu.
Bisa pecandu narkoba, minuman keras atau alkohol dan lainnya.
Relapse adalah kata dari Bahasa Inggris yang berarti kambuh.
Umumnya, relapse dikaitkan dengan suatu kondisi yang berbeda dari seseorang.
Entah karena penyakit yang diidap atau karena ketergantungan obat tertentu.
Sehingga, pada kondisi itu, orang tersebut dikatakan sedang mengalami relapse.
Sementara di dunia kesehatan, relapse adalah kambuhnya kondisi masa lalu (biasanya medis).
Sebagai contoh, multiple sclerosis dan malaria sering menunjukkan puncak aktivitas
dan kadang-kadang periode dormansi yang sangat lama, diikuti dengan kekambuhan atau kekambuhan.
Sedangkan adiksi atau kecanduan sendiri merupakan suatu kondisi ketergantungan fisik dan mental
terhadap hal-hal tertentu yang menimbulkan perubahan perilaku bagi orang yang mengalaminya.
Dalam adiksi, terdapat tuntutan dalam diri penyalahguna narkoba untuk menggunakan secara terus menerus
dengan disertai peningkatan dosis terutama setelah terjadinya ketergantungan secara fisik dan psikis serta terdapat pula ketidak mampuan
untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi narkoba meskipun sudah berusaha keras.
Roger & McMillins (1991) mengatakan bahwa adiksi dapat digolongkan sebagai suatu penyakit yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Merupakan penyakit primer
2. Seringkali tidak diperlukan suatu kondisi awal khusus untuk dapat menyebabkan seseorang menjadi penyalahguna.
3. Kronis.
Penyakit adiksi ini merupakan kondisi yang berulangkali kambuh dan terus menerus menerus menginggapi penyalahguna narkoba seumur hidupnya.
Yang mendorong dirinya untuk tidak terjerumus adalah dukungan dari lingkungannya (terutama keluarga sebagai kelompok sosial inti),
adaptasi sikap sesuai dalam menghadapi masalah ini, dan komitmen pribadi yang lagi-lagi muncul selain dari dalam diri penyalahguna, juga karena dukungan lingkungannya.
4. Progresif
5. Penyakit adiksi dengan kondisi fisik dan psikologis penderita semakin lama akan mengarah pada keadaan yang memburuk.
6. Potential fatal
7. Bila tidak ditolong dapat mengakibatkan kematian atau mengalami komplikasi medis, psikologis dan sosial yang serius.
Dilansir oleh Komaps.com, Hedi R. Dewoto, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengatakan ada tujuh kriteria adiksi.
Namun seseorang dapat dikatakan mengidap adiksi apabila telah memenuhi tiga kriteria.
Yakni toleransi, withdrawal syndrome dan ketergantungan.
Dijelaskannya, toleransi adalah keadaan di mana setelah pemberian berulang.
Sehingga diperlukan dosis yang makin lama makin besar untuk mendapatkan efek yang sama besar.
"Mengisap rokok makin lama makin besar, dari satu pak jadi dua pak tiga pak," jelas Hedi.
Sedangkan Withdrawal syndrome adalah tanda dan gejala yang timbul bila penderita yang mengalami ketergantungan fisik penggunaan obat/zat adiktif dihentikan tiba-tiba.
"Bisa timbul gejala seperti mudah marah, keringat dingin, sulit konsentrasi,
atau gelisah. Tergantung dari zat adiktif apa yang digunakan," lanjutnya.
Ditambahkannya, adiksi mengarah pada ketergantungan, dan akan selalu berusaha untuk menggunakan zat adiktif tersebut.
Alasan orang ingin menggunakan zat adiktif (zat yang dapat menimbulkan adiksi, seperti nikotin, ganja) adalah rasa senang, fly, atau percaya diri.
"Seseorang dikatakan adiksi harus melihat pada tujuh kriteria tersebut, baru dapat dikatakan kecanduan atau ketagihan," tegasnya. (*)