Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun Sejarah

KISAH NYATA : Sosok Panglima Iblis, Dirikan 120 Menara Tengkorak dari Ribuan Kepala

Sosok ini seperti Iblis yang ganas dan mengerikan karena musuh-musuhnya dibunuh dengan sadis.

Istimewa
ilustrasi tengkorak. 

TRIBUNJATENG.COM -- Sosok ini seperti Iblis yang ganas dan mengerikan karena musuh-musuhnya dibunuh dengan sadis.

Bahkan dirinya memerintahkan tentara memenggal kepala musuhnya untuk dijadikan menara kepala manusia.

Tidak hanya kepala orang dewasa tapi juga anak-anak hingga wanita dipenggalnya dan dijadikan 28 menara kepala manusia.

Siapa sosok panglima iblis tersebut?

Tamerlane, nama aslinya Timur, lahir pada 1336 di Transoxiana, Uzbekistan modern dan menjadi penguasa paling kuat di abad ke-14.

Melalui oportunisme, keterampilan militer, dan tipu daya, Tamerlane bahkan mampu menguasai Chagatai Khanate pada tahun 1370.

Khanate adalah salah satu negara penerus Kekaisaran Mongol yang besar.

Pada tahun 1395, Tamerlane menghancurkan bekas sekutunya Tokhtamysh, khan dari Golden Horde.

Pasukannya bisa saja menaklukkan Moskow, tetapi mereka berbalik dan menyerang Persia.

Tamerlane adalah ahli taktik militer yang terampil dan lawan yang kejam. Dia tidak pernah kalah dalam pertempuran.

Kampanye Ottoman (1400–1402) adalah contoh terbaik dari kejeniusan militernya.

Selain itu, Tamerlane juga melakukan banyak pembunuhan, salah satunya terhadap orang muslim.

Pembunuhan orang-orang Muslim

Awalnya, Tamerlane meninggalkan Baghdad dengan damai.

Tapi pemimpin kota menghina Tamerlane dengan menyebutnya lumpuh.

Pada 1401, Tamerlane kembali dengan pasukan yang sangat besar.

Setelah mereka menembus tembok kota, Tamerlane memberi perintah berikut kepada prajuritnya:

Setiap prajurit harus mengumpulkan dua kepala untuk piramida tengkorak. Tidak memenuhi kuota berarti kehilangan kepala prajurit itu sendiri.

Mereka mendirikan 120 menara tengkorak, terbuat dari 90.000 kepala yang terpenggal, melintasi reruntuhan Baghdad.

Isfahan, kota Persia yang sedang berkembang, segera menyerah pada tahun 1387 ke Tamerlane. Tapi mereka melakukan kesalahan besar.

Mereka memberontak dan membunuh pemungut cukai dan garnisun Tamerlane.

Marah, Tamerlane memerintahkan setiap pria, wanita, dan anak-anak untuk dibunuh.

Prajuritnya memiliki kuota untuk jumlah kepala terpenggal yang harus mereka kumpulkan.

Mereka membantai seluruh penduduk 100.000 orang.

Seorang sejarawan mencatat dua puluh delapan menara dengan 1.500 tengkorak masing-masing sebelum dia berhenti.

Dia tidak bisa menghitung lagi karena dia merasa jijik dengan pembantaian itu.

Tamerlane membawa anak-anak, di bawah tujuh tahun, di depan gerbang kota.

Kavalerinya kemudian menginjak-injak anak-anak, sementara ibu mereka yang ketakutan sedang menonton.

Dia memimpin eksekusi dengan menunggangi anak-anak terlebih dahulu.

Para prajurit bahkan membunuh ternak, anjing, dan kucing.

Pada tahun 1399, dia berjanji tidak akan ada pertumpahan darah kepada warga Sivas (di Turki tengah) jika mereka menyerah.

Setelah warga membuka gerbang, Tamerlane menepati janjinya. Dia memiliki semua 3.000 warga dikubur hidup-hidup, tidak menumpahkan darah. (*)

Baca juga: Peringati Hari Kesehatan Nasional, Dinkes Kab.Tegal Gelar Bakti Sosial di Desa Rembul 

Baca juga: Angka Stunting Turun, Edy Supriyanta Minta Dinkes Jepara Petakan Pengentasan Balita Kekurangan Gizi

Baca juga: Bupati Tiwi Temui Bakal Calon Kades, Ajak Wujudkan Pilkades Purbalingga Tetap Kondusif

Baca juga: Dukung Reformasi Polri, Polres Sukoharjo Gelar Survei ITK-O

Sumber: Intisari
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved