Berita Semarang
Pemkot Semarang Cari Solusi Optimalkan Potensi Komoditas Laut Hasil Tangkapan Nelayan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, total volume tangkapan hasil laut yaitu cumi-cumi,
Penulis: budi susanto | Editor: galih permadi
Kerang tahu juga masih musim tangkap kerena kerang tersebut terbawa ombak ke pantai.
Habitat kerang tahu di pasir, ombak besar membuat nelayan lebih mudah mencari kerang tahun.
"Kalau malam ada gelombang besar, paginya nelayan mancari kerang.
Hal itu juga sebaliknya, kalau gelombang besar saat pagi, mencari kerang pada malam hari," terangnya.
Namun Ahmad khawatir jika gelombang besar terjadi terus menerus, harga hasil tangkapan akan melambung tinggi.
Apalagi ditengah cuaca yang tidak menentu, di mana acapkali gelombang tidak bisa diprediksi.
Menurutnya, Desember akan menjadi bulan dengan cuaca yang didominasi gelombang tinggi.
"Kalau pagi sampai malam ada ombak besar terus, nelayakan tak berani mencari ikan maupun kerang.
Mungkin akan terjadi paceklik karena kami kesusahan melaut," ucapnya.
Adapun dari total nilai produksi hasil tangkapan lima komoditas laut pada 2021 yang didata KKP, komoditas kerang memiliki nilai terbesar yaitu Rp 2,1 miliar atau sekitar 60 persen dari total nilai produksi lima komoditas pada 2021 dengan angka Rp 4,5 miliar.
Sementara volume tangkapan kerang pada 2021 dari kapal jenis MT dengan ukuran 5-10 GT tercatat di angka 256 ton lebih.
Tak menentunya harga pasaran komoditas laut jadi perhatian Pemkot Semarang.
Hingga kini Pemkot Semarang masih mencari solusi agar harga tangkapan nelayan bisa lebih stabil tanpa terpengaruh cuaca maupun musim tangkap.
Bahkan Plt Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu, yang akrab disapa Mbak Ita berujar, masa depan pangan ada di laut.
Ia juga terus mendorong adanya program pengolahan hasil laut secara baik dan berkelanjutan.