Berita Semarang
Ganjar Dukung Pengembangan Varietas Lokal
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mendukung upaya pengembangan varietas tanaman lokal.
Penulis: hermawan Endra | Editor: sujarwo
Mulanya, raja tertarik dengan tanaman padi jenis "wulu" yang tumbuh subur di kawasan Delanggu-Klaten. Sinuhun ke-7 lantas mengajak thole-thole (sebutan anak laki-laki) untuk ikut menanam.
Atas peristiwa itu, Sinuhun ke-7 menamakan padi jenis"wulu" dengan Rojolele, atau Raja bersama thole-thole menanam padi. Ini menyiratkan makna, raja dan rakyat kala itu kompak, untuk menjaga pasokan pangan.
Nah, sejak itulah Rojolele menjadi varietas yang melegenda dengan hasil nasi yang pulen dan wangi.
Namun seiring waktu, padi jenis ini mulai ditinggalkan karena umur tanam yang mencapai 150 hari dan gampang rebah karena batangnya yang tinggi menjulang.
Lalu, sejak 2013 hingga 2019 Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melakukan pemuliaan terhadap padi jenis Rojolele. Dengan upaya ini, umur panen padi varietas ini lebih pendek hanya sekitar 110-120 hari, dan lebih tahan terhadap penyakit seperti wereng batang cokelat (WBC) serta tidak gampang rubuh terkena angin.
Sejak saat itulah, petani berduyun-duyun kembali menanam kembali Rojolele, yang kini diberi tambahan nama Srinuk. Srinuk berasal dari kata dewi kesuburan Dewi Sri dan Inuk yang berarti enak.
Tidak sekadar cerita, Rojolele Srinuk telah mendapatkan SK pelepasan dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia dengan nomor 481/HK.540/C/10/2019. Selain itu telah pula mendapat Hak Pelindungan Varietas Tanaman (PVT) dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPT) Kementerian Pertanian RI nomor 00551/PPVT/S/2022. (*)
