Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Banjir Kudus

Kisah Warga Bertahan di Tengah Kepungan Banjir Kudus, Andalkan Bantuan Makanan yang Sudah Menipis

Sejumlah warga di Dukuh Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
Warga Dukuh Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus menaiki getek buatan mengarungi geangan air, Kamis (5/1/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Sejumlah warga di Dukuh Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus memilih bertahan di rumah di tengah-tengah kepungan banjir.

Pilihan para korban banjir untuk tidak mengungsi bukan tanpa alasan. Mereka bertahan dalam rangka menjaga barang berharga yang dimiliki dari hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat Dukuh Tanggulangin berada di pinggir Jalan Pantura.

Namun demikian, sejumlah permasalahan mulai muncul. Selain berpotensi tinggi terserang penyakit, kebutuhan pokok sehari-hari mereka mulai menipis.

Baca juga: Video Butuh 4 Jam Evakuasi HRV Tercebur ke Dalam Sungai di Simongan Semarang

Baca juga: Tampang AM, Pemuda di Brebes Intip dan Rekam 5 Wanita yang Sedang Mandi, Kini Terancam Penjara

Baca juga: Viral Video Walikota Tegal Dedy Yon Joget dan Rangkul Penyanyi Dangdut di Atas Panggung

Sebagian besar kini mengandalkan bantuan makanan yang datang dari para sukarelawan di dapur umum.

Salah satu warga Muhammad Mukhlis mengatakan, keluarganya sejak Sabtu lalu hingga, Kamis (5/1/2023) masih bertahan di rumah yang terendam banjir setinggi 65 sentimeter.

Keluarganya yang terdiri dari istri, anak, cucu dan dirinya hanya mengandalkan bangunan rumah lantai dua sebagai tempat beraktivitas sehari-hari.

Sementara akses jalan ke luar permukiman terendam banjir.

"Kalau kegiatan dan usaha kami jelas mati suri. Semua tidak bisa dilakukan dari lantai atas, terpaksa harus berhenti," terangnya. 

Mukhlis mengaku, sejauh ini keluarganya bertahan dengan sisa pasokan bahan makanan dan tabungan yang ada. Tetapi, pasokan kebutuhan makanan mulai menipis, sehingga keluarganya mengandalkan bantuan makanan dari sukarelawan setiap siang dan sore hari.

Keluarga Mukhlis saat ini belum ada rencana pindah ke pengungsian. Mereka memilih untuk tetap tinggal sementara waktu di rumah untuk menjaga barang-barang yang ada.

"Untuk aktivitas anak saya sekolah dan bekerja tetap jalan dengan getek buatan sampai Pantura. Kalau kegiatan saya, semuanya berhenti. Untuk makan siang dan sore mengandalkan bantuan, kalau pagi terpaksa cari sendiri," kata warga RT 5 RW 3. 

Saat ini, lanjut dia, stok bahan makanan keluarganya yang tersisa adalah beras. Artinya, jika ingin memasak lauk, harus beli di luar permukiman dengan mengarungi genangan banjir, itu pun memasak harus dilakukan di atas meja. 

Pihaknya berharap, pemerintah daerah bisa mengambil langkah-langkah agar genangan air bisa segera surut. Sehingga aktivitas masyarakat dapat kembali seperti sedia kala.

"Sepeda motor saya titipkan di bawah jembatan Tanggulangin yang enggak terkena banjir. Untuk semua kegiatan seperti tidur, mandi, dan lain-lain, kami lakukan di lantai dua," ujarnya.

Hal serupa juga dilakukan Rosyadi dengan memilih bertahan di lokasi permukiman. Hanya saja, dia mememilih tidur di bawah jembatan Tanggulangin, dan kembali ke permukiman untuk berpatroli setiap hari bersama warga lainnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved