OPINI
OPINI Khafid Sirotudin : Rombeng: Sandang Bekas yang Naik Kelas
Di kehidupan sehari-hari kita acapkali menjumpai barang bekas. Mulai sandang, motor, mobil, mebelair, peralatan dapur dan rumah bekas.
Oleh Khafid Sirotudin
Pemerhati Kebijakan Publik, Pangan dan Lingkungan
Tenaga Ahli Komisi B DPRD Jateng (2019-2024)
Di kehidupan sehari-hari kita acapkali menjumpai barang bekas. Mulai sandang, motor, mobil, mebelair, peralatan dapur dan rumah bekas.
Adanya barang bekas (supply) yang masih layak pakai akan menciptakan permintaan (demand) tersendiri bagi sebagian konsumen.
Ada berbagai alasan mengapa barang bekas diburu oleh sebagian kalangan. Mulai alasan yang bersifat ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan sipiritual.
Suatu ketika pernah ada seorang teman yang datang ke rumah untuk meminta kemeja bekas. Aneh rasanya karena saya tahu teman itu hidupnya mapan.
Dia berkeyakinan pakaian bekas dari saya mampu memberi "sawab" (aura positif) bagi kemenangan dia mengikuti calon kepala desa.
Sudah menjadi tradisi di keluarga kami untuk gotong-royong bersih-bersih rumah. Jika bulan lalu kami bersama istri memilah dan memilih pakaian yang masih pantas pakai untuk dipacking.
Kali ini giliran bersama istri dan anak-anak untuk memilih dan memilah sepatu dan sandal.
Kebanyakan sepatu yang kami sisihkan masih bagus namun sudah jarang dipakai. Atau kekecilan karena ukuran kaki anak-anak yang berubah.
Tadinya ukuran nomor 37-38 menjadi 39-41 untuk anak perempuan. Yang asalnya ukuran 40-41 bagi anak laki-laki, berubah menjadi ukuran 43-44.
Maklum masih usia pertumbuhan, tentu berbeda dengan ukuran sepatu/sandal kami yang sudah tua.
Sewaktu SMA (1984-1987) saya sering berburu sepatu bekas branded di pasar Johar. Sepatu merek Adidas, Nike, Bally bekas yang pas ukuran kaki sering kami beli.
Harganya rata-rata hanya 25-30 persen dari harga baru di toko. Lokasi tepatnya di lantai 2 dan terkenal dengan sebutan PM atau "Pasar Maling".
Meski saya yakin sepatu bekas yang dijual bukan hasil maling. Kalau toh ada hasil mencuri sangat sedikit. Paling banyak sepatu anaknya orang kaya yang dijual buat tambahan uang jajan sekolah.
Komik Audio Visual, Cara Kreatif Guru Tingkatkan Literasi Numerasi Siswa |
![]() |
---|
Layanan Digital Tingkatkan Kepatuhan Pajak, DJP Dorong Wajib Pajak Beradaptasi |
![]() |
---|
Sudah Seberapa Soedirman Kah Kita? Refleksi Sudirman Said di Tanah Kelahiran Jenderal Soedirman |
![]() |
---|
PGSD dan Era Digital: Mencetak Generasi Kritis, Kreatif, dan Kolaboratif |
![]() |
---|
Viral: dari Popularitas ke Profitabilitas Membedah Nilai Ekonomi di Balik Fenomena Viral |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.