Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dokter Iskandar Ungkap 3 Bahaya Berhubungan Intim Saat Istri Menstruasi, Emboli hingga Endometriosis

Dokter Iskandar Ungkap 3 Bahaya Berhubungan Intim Saat Istri Menstruasi, Emboli hingga Endometriosis

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
http://ste.india.com
Dokter Iskandar Ungkap 3 Bahaya Berhubungan Intim Saat Istri Menstruasi, Emboli hingga Endometriosis 

5. Periode menstruasi berat yang berlangsung lebih dari tujuh hari

6. Memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam tubuh atau paparan estrogen seumur hidup yang lebih besar Indeks massa tubuh rendah

8. Satu atau lebih kerabat (ibu, bibi, atau saudara perempuan) dengan endometriosis

9. Setiap kondisi medis yang mencegah keluarnya darah dari tubuh selama periode menstruasi

9. Gangguan pada saluran reproduksi

10. Endometriosis biasanya berkembang beberapa tahun setelah timbulnya menstruasi (menarche).

Gejala

Nyeri adalah gejala utama endometriosis.

Orang yang terkena endometriosis akan mengalami gejala nyeri berikut:

1. Kram atau nyeri di perut bagian bawah mulai satu atau dua minggu sebelum menstruasi

2. Nyeri ketika sedang atau setelah berhubungan seksual

3. Sakit saat buang air kecil

4. Nyeri saat buang air besar

5. Nyeri panggul atau punggung bawah jangka panjang yang dapat terjadi kapan saja dan berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

Gejala lain dari endometriosis meliputi:

1. Pendarahan menstruasi yang berat atau perdarahan di antara periode menstruasi Infertilitas.

2. Endometriosis bisa tidak menunjukkan gejala apapun.

3. Beberapa wanita dengan banyak jaringan di panggul mereka tidak merasakan sakit sama sekali, sementara beberapa wanita dengan penyakit yang lebih ringan mengalami sakit parah.

Diagnosis

Temui dokter segera jika memiliki tanda dan gejala yang mungkin mengindikasikan endometriosis.

Tenaga kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan panggul.

Pasien akan diperiksa dengan salah satu dari tes ini untuk membantu mendiagnosis penyakit:

1. USG transvaginal

2. Laparoskopi panggul

3. Pencitraan resonansi magnetik (MRI).

Perawatan

Saat ini tidak ada obat untuk endometriosis.

Meski demikian, terdapat beberapa pilihan perawatan untuk meredakan gejala, seperti:

1. Latihan dan teknik relaksasi

2. Pereda nyeri yang dijual bebas, ibuprofen (Advil), naproxen (Aleve), dan acetaminophen (Tylenol)

3. Resep obat penghilang rasa sakit, jika diperlukan, untuk rasa sakit yang lebih parah.

Selain itu, terdapat juga terapi hormon dalam bentuk obat-obatan yang dapat menghentikan endometriosis agar tidak semakin parah.

Terapi dapat diberikan berupa pil, semprotan hidung, atau suntikan.

Hanya wanita yang tidak berusaha hamil yang bisa menjalani terapi ini.

Beberapa jenis terapi hormon juga akan mencegah kehamilan, obat ini meliputi:

1. Pil KB

2. Pil progesteron, suntikan, IUD

3. Obat agonis gonadotropin

4. Obat antagonis gonadotropin.

Dokter dapat merekomendasikan operasi jika pasien mengalami sakit parah yang tidak membaik dengan perawatan lain.

Pilihan operasi antara lain:

1. Laparoskopi

2. Laparotomi

3. Histerektomi.

Komplikasi

Endometriosis dapat menyebabkan masalah kehamilan.

Namun, kebanyakan wanita dengan gejala ringan masih bisa hamil.

Komplikasi lain dari endometriosis meliputi:

1. Nyeri panggul jangka panjang yang mengganggu aktivitas sosial dan pekerjaan

2. Kista besar di ovarium dan panggul yang dapat pecah (ruptur)

Dalam kasus yang jarang terjadi, jaringan endometriosis dapat menyumbat usus atau saluran kemih.

Sangat jarang, kanker dapat berkembang di area pertumbuhan jaringan setelah menopause.

Pencegahan

Melansir Women Health, terdapat beberapa kiat untuk mencegah endometriosis, yakni:

1. Bicarakan dengan dokter tentang metode pengendalian kelahiran hormonal, seperti pil dengan dosis estrogen yang lebih rendah

2. Berolahraga secara teratur

3. Hindari alkohol dalam jumlah besar

4. Hindari minuman yang banyak mengandung kafein.

Adenomiosis

Dikutip Tribunjateng.com dari Kompas.com, adenomiosis merupakan kondisi ketika jaringan yang biasanya melapisi rahim (jaringan endometrium) tumbuh ke dalam dinding otot rahim.

Jaringan yang dipindahkan terus bekerja secara normal selama setiap siklus menstruasi.

Rahim membesar serta menstruasi yang berat dan menyakitkan dapat terjadi.

Penyakit ini biasanya sembuh setelah menopause.

Penyebab

Para ahli tidak tahu pasti penyebab adenomiosis.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah memiliki anak.

Adenomiosis telah ditemukan pada remaja, tetapi biasanya terjadi pada wanita antara usia 35 dan 50 dengan faktor risiko;

1. Pernah hamil

2. Endometriosis

3. Fibroid rahim.

Gejala

Adenomiosis biasanya tidak bergejala.

Namun, beberapa pengidapnya bisa mengalami gejala berikut:

1. Kram menstruasi yang menyakitkan (dismenore)

2. Pendarahan menstruasi yang berat (menoragia)

3. Menstruasi yang tidak normal

4. Nyeri panggul Hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia)

5. Infertilitas Rahim membesar.

Diagnosis

Hubungi dokter apabila mengalami pendarahan berat berkepanjangan atau kram parah selama menstruasi yang mengganggu aktivitas rutin.

Penyedia layanan kesehatan sering mendiagnosis adenomiosis berdasarkan gejala dan menggunakan salah satu tes di bawah ini:

1. Pemeriksaan panggul

2. Ultrasonografi

3. Pemindaian

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)  Biopsi.

Perawatan

Karena hormon estrogen wanita mendorong pertumbuhan jaringan endometrium, gejala adenomiosis sering hilang setelah menopause.

Sementara itu, perawatan berikut dapat meredakan rasa sakit, pendarahan hebat, dan gejala lainnya:

1. Obat antiinflamasi nonsteroid, atau NSAID, seperti ibuprofen atau naproxen

2. Kontrol kelahiran hormonal, pilihannya meliputi pil KB, injeksi dan alat kontrasepsi hormonal (IUD)

3. Histerektomi. 

Komplikasi

Pendarahan menstruasi yang berat dari adenomiosis meningkatkan risiko anemia.

Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang kaya zat besi.

Komplikasi ini bisa membuat pasien merasa sangat lelah atau kedinginan.

Pencegahan

Karena penyebabnya tidak diketahui, belum ditemukan cara pasti untuk mencegah adenomiosis. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved