Berita Sragen

Pengunjung di Museum Purba Sangiran Kalijambe Sragen Menurun Lima Tahun Terakhir

Pengunjung di Museum Manusia Purba Sangiran, Sragen terus menurun selama lima tahun terakhir.

Tribun Jateng/Mahfira Putri Maulani
Sejumlah pengunjung ketika melihat fosil gading di Museum Manusia Purba Sangiran Kalijambe Sragen 

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Pengunjung di Museum Manusia Purba Sangiran, Sragen terus menurun selama lima tahun terakhir. Pada 2022 lalu hanya ada 21.658 pengunjung dalam setahun.

Sementara itu pada 2019 pengunjung sampai dengan 201.905, sebanyak  41.502 pengunjung pada 2020 dan sebanyak 26.011 pengunjung disepanjang 2021.

Disebut-sebut parkir yang jauh menjadi salah satu faktor menurunnya pengunjung di Museum Sangiran. Ya sejak 2021 pengunjung tidak boleh memarkirkan kendaraannya di Sangiran.

Baca juga: Fashion Show Awali Perayaan Imlek 2023 Sam Poo Kong Semarang

Baca juga: Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo Dukung Porseni NU Digelar Tiap Tahun

Kendaraan pengunjung harus parkir di sub terminal Trans Jateng Sangiran. Untuk menuju museum, pengunjung harus naik shuttle atau mobil angkot terbuka ataupun ojek.

Plt Disparpora Sragen, Sutrisna menampik adanya kebijakan parkir di luar museum mempengaruhi turunnya pengunjung ke Museum Purba Sangiran.

Sutrisna mengaku, dirinya telah mendatangi museum dan mengecek langsung. Ia mengatakan untuk mengembangkan pariwisata harus berbasis komunitas.

"Kemarin saya habis ke sana, saya kira kebijakan parkir tidak mempengaruhi, orang sudah niat ke sana mesti mau gak mau kita ikuti aturan seperti itu."

"Sepertinya kita mengembangkan pariwisata harus berbasis komunitas juga kan, ada dampak ke masyarakat juga, saya kira enggak pengaruh," kata Sutrisna.

Berbalik, Sutrisna mengatakan kebijakan parkir ini berdampak ke masyarakat sehingga ada mata pencaharian baru seperti shuttle dan ojek.

Tidak hanya shuttle dan ojek di museum Purba Sangiran juga terdapat guide lokal atau pemandu wisata. Tidak hanya berkeliling museum, pengunjung bisa dijelaskan langsung oleh guide.

Sementara itu, pengembangan wisata lainnya berupa desa wisata Krikilan, Kecamatan Kalijambe. Ia mengatakan desa wisata tersebut telah disahkan Kemenparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno.

"Desa wisata, yang saat ini Krikilan dan memiliki SK (surat keterangan). Tentunya kami akan menggali potensi dan kami kembangkan, kita berupaya dengan desa juga, kita bisa memberikan semacam pendampingan atau bimbingan secara teknis," katanya.

Sutrisna mengatakan juga ada wisata penyangga, seperti klaster-klaster museum yakni Ngebung dan Manyarejo yang dikelola Pemkab Sragen bisa dikembangkan. Meski begitu ia mengatakan hingga saat ini masih mencari konsep.

Sementara itu menara pandang yang menjadi bagian Sangiran dikatakannya kemungkinan akan diubah. Ia mengatakan posisi menara pandang saat ini sangat membahayakan.

"Menara pandang itu sangat membahayakan dari ahli geologi merekomendasikan untuk itu, sudah longsor di depan, geografis rawan longsor. Sudah miring, pagarnya sudah miring," katanya.

Pihaknya mengajukan untuk dibangun lewat KemenPUPR, kira-kira akan diperbaiki 2023-2024. Tata letak joglo dan menara pandang akan dirubah. (uti)

Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved