Opini
Opini Mukhamad Zulfa: Tantangan Abad Kedua Nahdlatul Ulama
MEMASUKI Abad kedua Nahdlatul Ulama (NU) dalam penanggalan hijriyyah menjadi kebanggaan dan tantangan. Selasa, 16 Rajab 1444 H menjadi tanda memasuki
Peradaban Islam Nusantara yang didengungkan Nahdlatul Ulama menjadi pondasi. Selama ini Tasawuf menjadi pengembangan agama sebagai ruh. Akhlak yang baik tumbuh menjadi peradaban. Di Nusantara ini, selama bersikap tawadhu maka akan dihormati.
Peran Pesantren
Keberlangsungan NU mampu melewati abad pertama tak akan lepas dari peran penting pondok pesantren sebagai penopang. Kebutuhan muslim yang diharapkan NU ini dilahirkan dari rahim pesantren. Hari ini pun, pesantren berbenah menyesuaikan zaman tanpa kehilangan jati diri keislaman.
Tujuan pesantren melalui sistem pendidikannya adalah pembinaan pribadi Islami. Pribadi-pribadi ini pada gilirannya akan berfungsi sebagai bagian aktif masyarakatnya dan diidealkan mampu mewarnai budaya dan perilaku masyarakat dengan ajaran Islam. (MA. Sahal Mahfudh: 1999)
Bila penopang ini kuat maka tak seperti halnya sebuah pohon yang memiliki akar kuat menghunjam ke bumi dan cabang hingga buahnya berada di langit. Pesantren tak hanya dilihat hanya santri belaka yang masih belajar di asrama. Bisa dibuktikan sekarang ini alumnii pesantrenlah yang mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Maka, penyambutan abad kedua ini memiliki harapan tinggi bisa dilihat dari struktur ketika Muktamar ke-34 di Lampung. Terdapat 34 PWNU, 521 PCNU, 31 PCINU, serta 14 badan otonom dan 18 lembaga di tingkat pusat. Tentu ke depan akan terus berkembang, ini belum dihitung pengurus Majelis Wakil Cabang (kecamatan) dan Ranting (desa/kelurahan). Struktur ini hanya penggerak kecil, kembali lagi penggerak sesungguhnya adalah warga NU itu sendiri. (*tribun jateng cetak)
Komik Audio Visual, Cara Kreatif Guru Tingkatkan Literasi Numerasi Siswa |
![]() |
---|
Layanan Digital Tingkatkan Kepatuhan Pajak, DJP Dorong Wajib Pajak Beradaptasi |
![]() |
---|
Sudah Seberapa Soedirman Kah Kita? Refleksi Sudirman Said di Tanah Kelahiran Jenderal Soedirman |
![]() |
---|
PGSD dan Era Digital: Mencetak Generasi Kritis, Kreatif, dan Kolaboratif |
![]() |
---|
Viral: dari Popularitas ke Profitabilitas Membedah Nilai Ekonomi di Balik Fenomena Viral |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.