Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Perputaran Uang di Kampung Jawi Kota Semarang Tembus Rp 10 Juta Per Hari

Embrio desa wisata di Kota Semarang telah ada sejak 2012 silam. Belasan tahun berjalan, desa wisata di Kota Semarang.

Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Budi Susanto
Sejumlah pengunjung menikmati suasan Kampung Jawi Kota Semarang untuk menikmati kuliner jadul, Selasa (7/3/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Embrio desa wisata di Kota Semarang telah ada sejak 2012 silam.

Belasan tahun berjalan, desa wisata di Kota Semarang menunjukkan progres positif.

Satu di antaranya Kampung Jawi yang ada di Sukorejo Kecamatan Gununganpati.

Mengusung konsep wisata kuliner jadul, Kampung Jawi tumbuh menjadi tempat wisata ikonik di Kota Semarang.

Baca juga: Kabar Gembira Buat Perantauan, Kedai Mie Aceh Hadir di Pati, Bahan Baku Langsung dari Sumatra

Baca juga: Sedapnya Mie Aceh Spesial di Kedai Mamak Kitchen Pati

Melalui pengelolaan sistematis lewat kelompok wisata, membuat perekonomian masyarakat sekitar terdongkrak.

Setidaknya 18 lapak penjual berbagai kuliner jadul ada di Kampung Jawi Kota Semarang.

Pengelola Kampung Jawi juga melibatkan puluhan masyarakat di RW 01 Sukorejo.

Geliat perekonomian di Kampung Jawi melalui pengelolaan desa wisata bahkan menorehkan prestasi tak main-main.

Di mana Kampung Jawi menyabet juara 1 dalam ajang Trisakti Tourism Award pada 2021.

Dikatakan Siswanto, penggagas Desa Wisata Kampung Jawi, perputaran uang di Kampung Jawi bisa tembus Rp 10 juta setiap hari.

Apalagi usai PPKM dihapuskan, Kampung Jawi dibanjir oleh pengunjung dari berbagai daerah.

Tak jarang wisatawan mancanegara juga mampir ke Kampung Jawi karena tertarik dengan kuliner jadul yang dijajakan.

"Sistem kami adalah kelompok, jadi ada iuran wajib dari setiap hasil penjualan sekitar 10 persen," tuturnya, Selasa (7/3/2023).

Iuran wajib tersebut digunakan kembali untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan Kampung Jawi.

Konsep tersebut dikatakannya sebagai implementasi konsep desa wisata berkelanjutan.

Dengan tujuan untuk kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan Kampung Jawi.

"Kami juga mengembangkan wisata edukasi dan budaya. Selain kuliner ada pula gamelan yang bisa dijadikan referensi untuk para pelajar," tambahnya.

Terpisah, Kunarani satu di antara penjual kuliner tempo dulu di Kampung Jawi berujar, adanya desa wisata sangat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Ia yang sudah berdagang di Kampung Jawi selama 5 tahun bahkan bisa mendapatkan omset Rp 1 juta setiap hari kala Kampung Jawi dipadati pengunjung.

"Kami sangat terbantu, awalnya saya dan ibu-ibu lainnya tak berdagang apapun. Bahkan ada yang bekerja serabutan. Namun setelah ada Kampung Jawi, Alhamdulillah hasil berdagang bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga," imbuhnya.

Adapun Wing Wiyarso Kepala Disbudpar Kota Semarang beberapa waktu lalu menjelaskan, desa wisata menjadi bagian dari perkembangan dunia pariwisata di Kota Semarang.

"Melalui langkah yang dilakukan oleh penggiat wisata serta desa wisata yang ada, membantu Kota Semarang menjadi daerah dengan destinasi wisata populer," tuturnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved