Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2023

TADARUS : Puasa, Pengendalian Diri dan Kesehatan Mental

PUASA (shiyam) memiliki makna menahan diri (abstaining). Islam mendefinisikan puasa sebagai media penghambaan

Tribun Jateng
A Rofiq Mahfudz 

Oleh DR. KH. A. Rofiq Mahfudz, MSi
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Tengah
Pengasuh Ponpes Ar-Rois Cendekia Semarang

PUASA (shiyam) memiliki makna menahan diri (abstaining). Islam mendefinisikan puasa sebagai media penghambaan dengan menahan diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan seksual sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

Definisi di atas masuk dalam kategori puasa lahiriyah atau Imam Al-Ghazali menggolongkan definisi ini sebagai puasanya orang awam.

Puasa secara batiniyah adalah menahan diri dari hawa nafsu, pikiran negatif, drengki, provokasi, perbuatan dan perkataan yang kurang baik dan hal negatif lainnya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa puasa adalah ritual ibadah yang menuntun seorang muslim untuk berbuat baik dan mengendalikan nafsunya termasuk pengendalian diri dari amarah.

Oleh sebab itu, Indonesia yang mayoritas menganut Islam harusnya dapat membentuk karakter keamanan, tenang dan damai selama bulan puasa berlangsung.

Dalam Islam, puasa selalu menjadi alternatif untuk meredam nafsu yang negatif, karena pada hakikatnya puasa adalah pengendalian diri (self control) dan seorang muslim yang berpuasa dinilai dapat mengendalikan diri dan menguasai dirinya terhadap dorongan yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya, sehingga perilaku seperti ini berdampak pada kesehatan jiwa dan raga bagi yang menjalankannya.

Hubungan puasa dengan kondisi pengendalian diri termasuk amarah dapat dipahami dari beberapa faktor.

Pertama, adalah keadaan tubuh seseorang. Seorang muslim yang kondisi tubuhnya kurang baik ia akan kesulitan dalam mengontrol dirinya sehingga mudah mengeluarkan kemarahan.

Kedua, adalah kondisi pikiran atau konsep kognisi terhadap suatu stimulus dapat menentukan respon yang akan kita berikan.

Apabila stimulus yang kita terima adalah buruk maka akan mudah terbawa ke arah kemarahan. Ketiga, adalah budaya, respons terhadap kemarahan akan menunjukkan kepada kemarahan selanjutnya.

Dengan demikian, puasa memiliki peran penting karena puasa adalah sarana atau jalan yang paling efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang sudah kering dari kekuatan spiritualitas. Dengan berpuasa kita dapat mensucikan diri dan jiwa dari lumuran dosa-dosa yang telah diperbuat dahulu kala.

Menuju Fitrah

Puasa dapat mengangkat seorang muslim yang telah berkubang dalam kemaksiatan menuju fitrahnya sebagai manusia.

Di samping hukum diwajibkannya puasa Ramadhan dalam syariah, puasa juga dimaknai sebagai latihan agar mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta memiliki kesabaran terhadap dorongan-dorongan atau impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri maupun dari luar diri.

Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa setiap manusia memiliki naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya beraneka ragam.

Salah satu jalan atau solusi untuk keluar dari gangguan mental (termasuk amarah) tersebut adalah kemampuan seseorang dalam pengendalian dirinya.

Pengendalian diri (self control) sangat penting bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress kehidupan dapat diperbaiki.

Sementara pengendalian diri tersebut bisa dilakukan dengan berpuasa, karena dengan menahan lapar dan dahaga kita bisa berlatih kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan-tekanan yang muncul dan akhirnya kita bisa memiliki kualitas kesabaran yang kuat dan bisa memiliki daya tahan terhadap berbagai tekanan.

Puasa dan Terapi

Para ilmuan, dokter dan filsuf di masa abad pertengahan sepakat bahwa puasa merupakan salah satu cara paling efektif untuk membersihkan tubuh (secara fisik) dan kejiwaan dari penyakit apapun.

Ibnu Sina, salah satu pemikir Islam selalu menyarankan para tamu yang berkonsultasi kepadanya untuk menjalankan puasa 10 hari setiap bulan.

Anjuran ini dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan penemuan bahwa puasa bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Dalam sebuah Jurnal disebutkan bahwa Dr. Alan Cott penulis buku berjudul Fasting as a Way of Life di dalamnya ia bercerita bahwa ada seorang pasiennya yang mengalami gangguan mental yang cukup parah dapat disembuhkan setelah berpuasa selama 30 hari.

Eksperimen ini dilakukan dan menuai hasil yang sangat memuaskan. Sebelumnya berbagai cara terapi dilakukan, namun tidak dapat disembuhkan kecuali setelah berpuasa.

Berdasarkan pengalaman tersebut, akhirnya Allan Cott berkesimpulan bahwa puasa adalah terapi penyembuhan yang efektif.

Ia juga menyembuhkan pasien yang memiliki kecemasan, susah tidur, merasa rendah diri dan penyakit gangguan mental lainnya seperti insomnia, depresi, dan hipertensi dapat disembuhkan dengan berpuasa.

Semua penjelasan ini pada dasarnya adalah ilmu yang bersumber dari Al-Quran yang diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk dalam semua aspek kehidupan. Al-Quran melalui beberapa ayatnya mengajarkan kita untuk berfikir kreatif dan inovatif.

Al-Quran menjelaskan, bahwa puasa dapat menyembuhkan segala penyakit termasuk gangguan mental.

Praktek ajaran-ajaran Islam tanpa kita sadari menjadi sebuah temuan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia di bumi. Islam menjawab segala persoalan yang terjadi dalam diri manusia.

Allah SWT secara tidak langsung mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan berimbang dan saling menyempurnakan agar sama-sama mengetahui rasanya penderitaan, kesenangan dan mengontrol keduanya.

Pada intinya, agama mengajarkan kita bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah menerima kenyataan hidup yang sudah diatur oleh Allah SWT. (*)

Baca juga: Tekan Inflasi Jelang Lebaran 2023, Pemkot Solo Gelar Pasar Murah

Baca juga: Pelaku Perampokan di Kedungreja Cilacap Disoraki Warga Sekitar Saat Proses Rekonstruksi

Baca juga: Jelang Perayaan Paskah, Polresta Surakarta Akan Amankan Setiap Gereja-gereja Kedepankan Humanis

Baca juga: DPR Sahkan Perppu Pemilu Jadi UU, Pemilu 2024 Tetap Sesuai Jadwal

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved