Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2023

Mengenal Masjid Baitul Qur'an KH Muntaha Al Hafidz Wonosobo, Ada Tempat Pembuatan Al-Qur'an Raksasa

Masjid Baitul Qur'an KH Muntaha Al Hafidz yang berlokasi di Jalan Raya Dieng-Krasak, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo terlihat begitu megah. 

Penulis: Imah Masitoh | Editor: Catur waskito Edy
Imah Masitoh
Tempat pembuatan Al-Qur'an raksasa di lantai 4 Masjid Baitul Qur'an KH Muntaha Al Hafidz Wonosobo,  Senin (13/03/2023).  

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Masjid Baitul Qur'an KH Muntaha Al Hafidz yang berlokasi di Jalan Raya Dieng-Krasak, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo terlihat begitu megah. 

Masjid ini memiliki gaya arsitektur perpaduan dari beberapa masjid seperti Masjid Nabawi, Andalusia, Turki, hingga Jawa. 

Sejak peletakan batu pertama pada tahun 2018 silam, kini masjid ini sudah banyak menjadi rujukan wisata religi saat ke Wonosobo. 

Berada di kawasan Kampus 2 Unsiq Wonosobo, masjid ini memiliki 4 lantai dengan kubah yang begitu besar.

Salah satu hal yang menarik dari masjid ini, ialah adanya Baitul Qur'an yang berada di lantai 4 masjid ini. Merupakan sebuah tempat khusus yang menyimpan dan membuat Al-Qur'an raksasa. 

Disebut raksasa, pasalnya Al-Qur'an ini memiliki ukuran berkali-kali lipat dari ukuran Al-Qur'an pada umumnya. 

Lebih mencengangkan lagi, keseluruhan Al-Qur'an ini ditulis tangan tidak menggunakan mesin sama sekali. 

Sosok Hayatuddin menjadi penulis pertama sejak tahun 1991 hingga sekarang yang menulis setiap ayat Al-Qur'an raksasa ini. 

Terdapat 3 ukuran pembuatan Al-Qur'an di sini. Ukuran paling besar 2 x 1,5 meter, ukuran sedang 1,5 x 1 meter, dan ukuran paling kecil 100 x 75 sentimeter. 

Hayatuddin menceritakan, awal mula menulis Al-Quran raksasa ini, setelah mendapat perintah langsung dari gurunya KH Muntaha yang terkenal dengan sapaan Mbah Mun. Beliau merupakan ulama terkenal di Wonosobo sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al-Asy'ariyyah, Kalibeber dulunya. 

Dalam sejarahnya pada waktu itu, Belanda menyerbu wilayah Kalibeber. Belanda turut memusnahkan mushaf Al-Quran yang ada di sana. 

Salah satunya mushaf Al-Quran milik KH Muntaha yang ditulis oleh kakeknya Abdurrahim, yang konon ditulis kakeknya dalam perjalanan berangkat dan pulang haji dari tanah suci ikut dibakar pasukan Belanda yang menyerbu Kalibeber pada waktu itu. 

"Dulu mbah Mun sering membaca Al-Quran itu. Setelah tragedi itu, kemudian Mbah Mun ingin melanjutkan kakeknya yang menulis Al-Quran. Karena mbah Mun kemungkinan ada keterbatasan kemampuan untuk menulis, akhirnya memerintahkan santri, kebetulan saya yang ditunjuk," ujar Hayatuddin. 

Ide awalnya, Mbah Mun hanya ingin membuat Al-Qur'an berukuran 1 x 0,5 meter saja. Ide ini disampaikan kepada menteri Penerangan pada waktu itu, Harmoko yang saat itu kunjungan ke Wonosobo. 

Tidak disangka menteri Harmoko berkenan menyumbangkan kertas untuk menulis Al-Qur'an ini dengan berukuran yang lebih besar yakni 2 x 1,5 meter. 

Hayatuddin mengungkapkan dalam menulis Al-Qur'an raksasa ini dibutuhkan keahlian dan ketelatenan. Setiap menulis, Hayatuddin selalu menjaga wudhunya. 

Proses pembuatan satu Al-Qur'an mencapai waktu selama satu tahun lamanya. Saat ini, Hayatuddin sedang menyelesaikan Al-Qur'an raksasa yang ke-13.

Al-Qur'an ini dipesan dari berbagai wilayah di Indonesia. Al-Qur'an raksasa yang dibuat di sini juga ada yang disimpan di istana Sultan Hassanal Bolkiah, Brunei Darussalam. 

Saat ini Al-Qur'an milik Presiden Republik Indonesia Joko Widodo masih tersimpan pada etalase kaca khusus di dalam masjid ini. 

Al-Qur'an raksasa di sini dibuat menggunakan tangan manual secara keseluruhan baik ayatnya hingga hiasan border Al-Qur'annya. Hayatuddin dibantu sekitar 5 orang untuk menyelesaikannya. 

Proses pembuatan Al-Qur'an raksasa dimulai dengan membuat sketsa ayat yang akan ditulis menggunakan pensil. 

Kemudian sketsa ayat akan ditulis menggunakan tinta secara manual. Setelah itu akan mulai dilakukan border dengan hiasan ditepian kertas. 

Setelah itu, setiap ayat akan dikoreksi hingga kurang lebih 3 kali untuk memastikan tidak ada kesalahan penulisan ayat. Tiap lembar ini akan disusun dan diurutkan, yang kemudian akan dijilid dan diberi sampul. 

Hayatuddin menambahkan, adanya Al-Qur'an raksasa ini sebagai simbol untuk senantiasa memasyarakatkan Al-Qur'an. 

"Karena Al-Qur'an itu diturunkan Allah untuk manusia sebagai pedoman hidup agar dibaca, dipahami, dihayati dan diamalkan. Insyallah bisa menciptakan hidup tentram di dunia hingga akhir," jelasnya. (ima)

Baca juga: Ketua KPU Blora Tegaskan Tak Boleh Ada Potongan Apapun Dalam Proses Penyelenggaraan

Baca juga: Hindari Pemberian THR, Enam Perusahaan di Jateng Pecat Ratusan Buruh, Dalih Perang Rusia-Ukraina

Baca juga: Polres Tegal Kota Sudah Dirikan Pos Terpadu dan Pengamanan Mudik Lebaran di Terminal Tegal

Baca juga: TERBARU : Dua Warga Magelang Ini Diyakini Jadi Korban Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang Banjarnegara

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved