Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Gelombang Panas di India Capai 51 Derajat Celcius, 13 Orang Tewas Kepanasan

Suhu gelombang panas di India mencapai 40 derajat celcius di daratan, 37 derajat celcius di daerah pesisir, dan 30 derajat celcius di daerah perbukita

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
rottadana via Kompas.com
Gelombang Panas di India Capai 51 Derajat Celcius, 13 Orang Tewas Kepanasan 

Gelombang Panas di India Capai 51 Derajat Celcius, 13 Orang Tewas Kepanasan

TRIBUNJATENG.COM -- India mengalami gelombang panas mematikan tahun ini sejak awal Maret 2023.

Hingga 26 April 2023, suhu tinggi di India menyebabkan 13 orang meninggal dan delapan lainnya menerima perawatan medis akibat sengatan Matahari.

Suhu gelombang panas di India mencapai 40 derajat celcius di daratan, 37 derajat celcius di daerah pesisir, dan 30 derajat celcius di daerah perbukitan. Cuaca panas ini semakin memburuk hingga April 2023, bahkan pernah mencapai 51 derajat celcius.

Gelombang panas merupakan fenomena alam yang rutin terjadi di India.

Dikutip dari India Meteorological Department (IMD), India jarang mengalami hujan sehingga kelembaban di negara tersebut sangat rendah. Kondisi jarangnya hujan ini juga membuat sebagian besar wilayah di India menjadi gersang dan kering.

Selain itu, masa musim hujan di India terkadang selesai lebih cepat dari yang seharusnya dan menyebabkan hadirnya gelombang panas. Pola cuaca seperti ini, ditambah dengan efek El Nino yang sering meningkatkan suhu di Asia, membuat India seringkali dilanda gelombang panas dengan suhu tinggi akibat perubahan iklim yang tidak teratur.

Dilansir dari World Health Organization (WHO), dari tahun 1998-2017, lebih dari 166.000 orang meninggal akibat gelombang panas, termasuk lebih dari 70.000 yang meninggal selama gelombang panas tahun 2003 di Eropa. 

Lantas, mengapa gelombang bisa mematikan bagi manusia?

Tubuh manusia berfungsi paling baik pada suhu 98,6 derajat F atau 37 derajat C.

Ketika suhu terlalu panas dan tubuh mengalami dehidrasi, darah bisa mengental.

Jika demikian, jantung harus memompa lebih keras dan jantung serta organ lainnya dapat mengalami kerusakan parah.  Tubuh memiliki mekanisme untuk menghilangkan kelebihan panas, utamanya adalah dengan berkeringat. 

Tetapi, dilansir dari Scientific American, pada titik tertentu, mekanisme ini gagal bekerja, terutama jika kelembapannya tinggi dan keringat tidak bisa menguap.

Situasi ini dapat mengakibatkan kelelahan akibat panas, yakni kondisi berbahaya yang ditandai dengan gejala yang meliputi mual, kram otot, dan pusing, serta serangan panas yang lebih mematikan, yang dapat menyebabkan delirium, kulit panas dan kering, serta kehilangan kesadaran.

Tubuh manusia memang dapat beradaptasi dengan tingkat panas tertentu.

Jika tinggal di iklim panas atau bekerja dalam kondisi panas selama beberapa minggu atau bulan, tubuh menjadi lebih efisien dalam berkeringat dan mendinginkan diri. 

Namun, proses ini pun membutuhkan waktu. Ketika panas yang parah melanda tempat-tempat di mana kebanyakan orang tidak terbiasa dengan cuaca panas, kondisi itu bisa sangat mematikan.

Orang lanjut usia, anak-anak, dan mereka yang sudah memiliki kondisi seperti penyakit jantung, masalah pernapasan atau ginjal, menjadi sangat rentan
(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved