Guru Berkarya
Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang sangat esensial di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Oleh: Wiwik Eka Yanuarsi, S.Pd., Guru SMP N 1 Tempuran, Kab. Magelang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang sangat esensial di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam pembelajaran IPA siswa dituntut terlibat secara fisik maupun mental. Siswa diberikan pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensinya. Hal ini sangat penting agar siswa bisa bereksplorasi dan memahami alam sekitar secara ilmiah dan mendalam. Pembelajaran IPA di SMP dilaksanakan secara terpadu (terintegrasi) yang berarti objek dan persoalan disajikan secara menyeluruh yang meliputi aspek fisika, kimia, biologi, ilmu bumi, astronomi dan ilmu lainnya dari IPA. Menurut Hewitt, G Paul (2007) IPA terintegrasi disajikan berbasis pendekatan kontekstual yaitu menghubungkan sains dengan kehidupan sehari-hari, bersifat personal dan langsung, menempatkan salah satu ide pokok, mengandung pemecahan masalah. Pada penyajiannya, IPA disajikan dengan kesatuan konsep.
Salah satu materi esensial dalam pelajaran IPA di SMP adalah materi Cahaya dan Alat Optik. Materi ini memiliki kompleksitas yang sangat tinggi dan sulit dipahami oleh siswa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar IPA materi Cahaya dan Alat Optik belum optimal dengan indikasi: nilai hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM); masih banyak siswa yang kurang antusias selama mengikuti pembelajaran yang berlangsung; masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti bercanda, mengobrol pada saat guru menerangkan di depan kelas. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus maka akan berdampak pada penurunan kemampuan siswa terhadap materi lainnya.
Guna mengatasi permasalahan tersebut di atas maka untuk mengoptimalkan hasil belajar IPA materi Cahaya dan Alat Optik, Guru akan melaksanakan model Discovery Learning. Penggunaan model tersebut dikarenakan: dapat mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, dan mendiskusikan sesuatu yang bekaitan dengan pembelajaran; mengutamakan peran guru dalam situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif, disiplin, mampu bekerjasama, dan bertanggung jawab; menekankan agar siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus mereka kuasai. Asumsi ini diperkuat oleh Cahyo (2013) yang menjelaskan bahwa model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) merupakan salah satu metode pembelajaran yang mana peserta didik mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya belum diketahuinya serta tidak melalui pemberitahuan, tetapi peserta didik menemukan sendiri.
Proses pelaksanaan model pembelajaran Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar IPA materi Cahaya dan alat Optic adalah sebagai berikut : guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari; guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan masalah dan membuat hipotesis yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari; guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok; guru membagikan LKS kepada setiap kelompok; guru membimbing siswa dalam melakukan uji coba bersama kelompoknya; guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok untuk mengolah data hasil uji coba; guru meminta tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya; guru meminta siswa dari kelompok lain untuk menanggapi atau bertanya; (i) Guru membantu siswa dalam membuat kesimpulan.
Peningkatan Motorik Kasar melalui Metode Demonstrasi |
![]() |
---|
Metode Bercerita Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan |
![]() |
---|
Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Budi Pekerti Anak melalui Metode Bercerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.