Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Cerita Sriyono Dirikan Sanggar Pinggir Lepen, Abdikan Hidup Lestarikan Budaya di Banyumas

Sanggar tersebut ia katakan, menjadi area terbuka bagi siapapun yang ingin bermain gamelan

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Istimewa
Sriyono, saat ditemui Tribunbanyumas.com di Sanggar Pinggir Lepen miliknya di Kelurahan Kober, Purwokerto Barat, Senin (8/5/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Telinga Sriyono (67), sudah akrab dengan iringan suara gamelan sejak kelas 3 sekolah dasar. 

Ayahnya adalah seorang purnawirawan tentara yang memutuskan membeli gamelan

Sayangnya ayahnya tidak bisa memainkan gamelan.

Karena tidak bisa memainkan gamelan, ia kerap mengundang orang untuk bermain gamelan

Sriyono kecil begitu antusias melihat setiap ketukan gamelan hingga mampu bermain secara otodidak.

Baca juga: 6 Warga Karanganyar Tunda Keberangkatan Haji Tahun Ini

Sekarang setelah pensiun, ia sepenuhnya mengabdikan hidupnya nguri-nguri budaya gamelan

Separuh hidupnya dihabiskan mengajar karawitan

Pria yang berasal dari Solo itu, pertama kali menginjakkan kakinya di Purwokerto pada 1982 lalu.

Ia mengajar gamelan dan seni budaya di SMAN 1 Purwokerto. 

"Saya mulai mengajar tahun 1982. Disana tidak ada pelajaran seni budaya. Kesenian ada tapi khusus karawitan tidak ada.

Saat itu guru karawitan satu-satunya di Purwokerto yang masuk pelajaran hanya saya," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com. 

Ia mengatakan belum banyak sekolah yang mempunyai gamelan dan juga guru khusus karawitan

Saat itu awal mengajar justru ia menjadi guru tari. 

Hal itu berlangsung dari tahun 1982 sampai 1985.

"Begitu ST lulus, waktu itu STM jurusan perkapalan tidak ada di Solo. 

Hanya ada di Semarang dan Surabaya yang dekat pelabuhan. 

Orang tua saya saat itu tidak mampu menyekolahkan di luar kota. 

Saya diarahkan paman, didaftarkan konservatori karawitan Indonesia Surakarta," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (8/5/2023). 

Kemudian tahun 1979 ia hendak mengikuti ujian sarjana muda. 

Ia mengatakan saat itu UNS membuka class program, guru kesenian yang akan ditempatkan di seluruh wilayah Jawa Tengah. 

"Syaratnya D3 satu tahun. Karena disitu yang diterima sarjana muda seni, atau mahasiswa yang punya nilai kredit 120.

Saya masuk kesitu karena ada jaminan. Kalau lulus langsung menjadi CPNS dan langsung ditempatkan di seluruh SMA di wilayah Jawa Tengah," ujarnya.

Sriyono, saat melatih anak-anak SD belajar gamelan di Sanggar Pinggir Lepen miliknya beberapa waktu lalu, Senin (8/5/2023).
Sriyono, saat melatih anak-anak SD belajar gamelan di Sanggar Pinggir Lepen miliknya beberapa waktu lalu, Senin (8/5/2023). (TribunJateng.com/Permata Putra Sejati)

Sriyono merampungkan pendidikannya pada tahun 1980. 

Kemudian menunggu proses lebih kurang satu tahun. 

Tahun 1982 SK turun, saat itu dipanggil kantor Dinas Kebudayakan Provinsi, dan menerima SK mengajar di SMAN 1 Purwokerto. 

Ia mengatakan anak-anak setelah mengenal karawitan dan budaya etika sopan santunnya berbeda.

"Saya tekankan kepada etika dan estetika saat mengajar. Cara menghargai gamelan seperti apa. 

Saya tanamkan kepada anak didik.  Jangan melangkahi, jangan duduk di gamelan," jelasnya. 

Ia menegaskan bukan berarti gamelan itu sakti.

Gamelan adalah hasil budi daya nenek moyang, yang cara menemukan melalui proses panjang jadi harus dihargai. 

Mengajar budaya Jawa menurutnya menjadi sarana olah rasa. 

Hal itu yang terus ia pegang sampai saat ini.

Bahkan ketika pensiun tahun 2016 ia tidak ingin berdiam diri. 

Ia membuat Sanggar Pinggir Lepen. 

Sanggar itu ia buat tahun 2016.

1 Juni 2016 gamelan yang ia pesan kepada saudaranya sudah sampai di sanggar. 

Sanggar tersebut ia katakan, menjadi area terbuka bagi siapapun yang ingin bermain gamelan.

"Saya itu tiga bulan sebelum pensiun, kalau dapat pesangon uangnya sebagian buat beli gamelan

Saya punya kemampuan berkesenian, siapa saja boleh belajar dan gratis," imbuhnya.

Ia berharap dengan adanya sanggar tersebut anak-anak muda atau siapapun bisa belajar dan mengenal gamelan

Anak-anak yang latihan bukan hanya dari Purwokerto sjaa.

Ada dari Purbalingga, anak-anak milenial mulai tahu pertengahan 2022 mulai banyak yang tertarik. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved