Opini
Opini Nanang Qosim: Indonesia Butuh Pemimpin Ndeso
BILA mendengar kata “ndeso” yang terbersit dalam pikiran kita adalah udik atau kampungan. Sebab kata “ndeso” berasal dari bahasa Jawa yang jika diarti
Bung Karno pernah berujar bahwa masalah pertanian (dalam arti luas) adalah soal hidup mati. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia yang ada di desa dan di kota menggantungkan hidup ini dari sektor ini. Bung Karno mengharapkan Indonesia harus fokus pada pembangunan pedesaan dan pertanian seutuhnya.
Membangun pedesaan
Agar Indonesia bisa fokus pada pembangunan pedesaan dan pertanian seutuhnya maka yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang ndeso atau dalam istilah penulis adalah pemimpin yang memiliki komitmen dan kepedulian tinggi terhadap pembangunan pedesaan yang partisipatif, inklusif dan konstruktif. Pembangunan pedesaan menjadi penting karena dari desa semua sumber-sumber kehidupan berasal. Sumber-sumber kehidupan harus dipelihara dan dijaga demi kelangsungan hidup orang Indonesia baik yang ada di desa maupun di kota.
Menurut hemat penulis, alasan Indonesia membutuhkan pemimpin yang ndeso yaitu, pertama; akar kehidupan masyarakat Indonesia sejatinya bersumber dari desa. Dari desa nilai-nilai “keindonesiaan” kita terbentuk. Nilai ini merupakan keadaban yang dimiliki dan harus dipertahankan. Jika nilai keadaban ini luntur, maka luntur pula nilai keindonesiaan kita.
Maka dibutuhkan pemimpin yang bisa menjaga nilai-nilai keadaban tersebut. Kedua; pedesaan dan sektor pertanian dalam arti luas masih mengalami keterpurukan. Belenggu kemiskinan dan keterbelakangan belum mau melepaskan diri dari lingkup pedesaan. Kondisi ini tentu membutuhkan empati dan aksi kongkrit. Untuk mengatasi ini dibutuhkan pemimpin ndeso yang berani fokus pada upaya merekonstruksi rumah pedesaan.
Ketiga; Indonesia adalah negara pertanian dalam arti luas. Untuk menjadi negara maju kita tidak perlu menjadi negara industri tetapi tetap menjadi negara pertanian. Untuk itu butuh pemimpin ndeso yang memiliki visi membawa Indonesia menjadi negara berkelas berbasis pertanian.
Menjelang pemilihan pemimpin di tahun Politik (2023-2024) ini merupakan momentum yang tepat melahirkan pemimpin ndeso. Tentu kapasitas, pengalaman dan rekam jejak menjadi tolok ukur kita untuk menilai apakah pemimpin tersebut memiliki komitmen membangun pedesaan. Sekali lagi, negeri ini butuh pemimpin yang ndeso, karena sejatinya orang Indonesia adalah orang desa. (*tribun jateng cetak)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.