Berita Jateng
Penduduk Miskin Jawa Tengah Turun Pada Bulan maret 2023, BPS Ungkap Penyebabnya
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah melaporkan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan pada Maret 2023.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah melaporkan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan pada Maret 2023.
Tercatat, jumlah penduduk miskin Jawa Tengah pada Maret 2023 sebanyak 3,79 juta orang, turun 66,73 ribu orang dibanding September 2022, dan turun 39,94 ribu orang dibanding Maret 2022.
"Persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 10,77 persen, mengalami penurunan yaitu 0,21 persen poin sama dengan penurunan secara nasional dibanding September 2022.
Jika dibandingkan Maret 2022, kemiskinan turun sebesar 0,16 persen poin," kata Kepala BPS Jateng, Dadang Hardiwan saat rilis data secara daring, Senin (17/7/2023).
Disebutkan Dadang lebih lanjut, jika melihat tren kemiskinan yang ada di Jawa Tengah, pandemi covid-19 memang memberikan dampak pada kenaikan kemiskinan yang puncaknya terjadi pada September 2022 mencapai 11,84 persen.
"Seiring dengan meredanya pandemi serta pemulihan ekonomi, kemiskinan berangsur turun hingga Maret 2023 meskipun sempat sedikit mengalami kenaikan pada September 2022 yang lalu sebagai akibat dari krisis global, kemudian adanya perang Ukraina-Rusia, termasuk juga adanya tingginya inflasi," jelasnya Dadang.
Dadang memaparkan, berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2022 - Maret 2023, jumlah penduduk miskin perkotaan turun sebesar 30,51 ribu orang, sedangkan di perdesaan turun sebesar 36,22 ribu orang.
Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 10,02 persen menjadi 9,78 persen. Demikian juga di perdesaan turun dari 12,05 persen menjadi 11,87 persen.
"Penurunan kemiskinan kalau kita lihat untuk di daerah perkotaan maupun pedesaan bahwa persentase penduduk miskin di daerah perkotaan untuk kondisi Maret 2023 ini sebesar 9,78 persen atau turun 0,24 persen poin terhadap September 2022 dan turun 0,14 persen poin terhadap Maret 2022.
Sementara itu, untuk persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada Maret 2023 sebesar 11,87 persen turun 0,18 persen poin terhadap September 2022 dan turun 0,17 persen poin terhadap Maret 2022. Memang masih terjadi disparitas kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, namun tingkat kemiskinan di pedesaan ini sudah kembali ke level sebelum pandemi," ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan perkembangan Garis Kemiskinan (GK) pada Maret 2023 sendiri tercatat sebesar Rp 477.580 per kapita per bulan. Dibandingkan September 2022, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,73 persen. Sementara jika dibandingkan Maret 2023, terjadi kenaikan sebesar 8,83 persen.
Dadang menyebutkan, dalam hal ini komoditas makanan memberikan peranan yang cukup besar yaitu sebesar 75,50 persen jauh lebih besar jika dibandingkan dengan komoditas non makanan yang hanya sebesar 24,50 persen.
"Jika kita lihat perkembangan garis kemiskinan antara kota maupun daerah pedesaan, terlihat bahwa garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi yang sebesar Rp 485.511 dibandingkan dengan garis kemiskinan pedesaan yang sebesar Rp 469.003. Nah kalau untuk kondisi September 2022 sampai dengan Maret 2023, Garis Kemiskinan daerah perkotaan ini mengalami peningkatan yang lebih tinggi yaitu 3,38 persen bila dibandingkan pedesaan yang meningkat hanya 2,02 persen," terangnya.
Sementara itu terkait kontribusi komoditas makanan dan bukan makanan terhadap garis kemiskinan, disebutkan beras menjadi komoditas utama penyumbang garis kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun juga daerah pedesaan.
Beras memberikan sumbangan terbesar yakni sebesar 20,00 persen di perkotaan dan 20,87 persen di perdesaan. Kemudian disusul rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (11,45 persen di perkotaan dan 9,43 persen di perdesaan).
Komoditi lainnya adalah daging ayam ras (4,69 persen di perkotaan dan 3,96 persen di perdesaan), telur ayam ras (4,28 persen di perkotaan dan 3,86 persen di perdesaan), tempe (2,57 persen di perkotaan dan 2,76 persen di perdesaan).
"Jadi beras lagi-lagi masih menjadi Komoditas utama dalam menyumbang garis kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun juga daerah pedesaan. Sumbangan beras terhadap Garis kemiskinan pada Maret 2023 di perkotaan ini sebesar 20 persen. sementara untuk daerah pedesaan sedikit lebih tinggi yaitu 20,87 persen.
Kemudian untuk komoditas selain beras itu ada rokok Kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, ini juga memberikan sumbangan yang cukup besar. Sumbangan untuk komoditas ini lebih tinggi apabila kita bandingkan di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan.
Untuk komoditas bukan makanan, perumahan memberikan sumbangan terbesar baik di perkotaan maupun juga pedesaan. Besarannya 7,28 persen di perkotaan dan 8,02 persen di daerah pedesaan. Komoditas bukan makanan lainnya yang memberikan sumbangan cukup besar adalah bensin, listrik, dan pendidikan," imbuhnya.
Di sisi lain, terkait Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), pada periode September 2022 - Maret 2023 tercatat mengalami penurunan, demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).
Indeks Kedalaman Kemiskinan pada Maret 2023 sebesar 1,749, turun dibandingkan September 2022 yang sebesar 1,753. Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), pada periode yang sama turun dari 0,422 menjadi 0,415.
Apabila dibandingkan berdasarkan daerah, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) perdesaan cenderung lebih tinggi daripada perkotaan.
Pada Maret 2023, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar 1,637, sedangkan di perdesaan lebih tinggi, yaitu mencapai 1,835. Demikian pula untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perkotaan adalah sebesar 0,410, sedangkan di perdesaan sedikit lebih tinggi, yaitu mencapai 0,420.
Dadang menyebutkan, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah selama periode September 2022 - Maret 2023 ini antara lain Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerapkan kebijakan penurunan kemiskinan dengan ditambah prioritas kemiskinan ekstrem pada 17 kabupaten.
Kebijakan tersebut berfokus pada pengurangan beban pengeluaran masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat, serta pengurangan wilayah kantong kemiskinan.
Kemudian selama periode September 2022 - Maret 2023, mengalami inflasi sebesar 1,30 persen. Lebih rendah dibandingkan Inflasi Maret 2022 - September 2022 (3,60 persen); ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2023 terhadap triwulan I-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,04 persen (y-on-y) dan tumbuh sebesar 1,55 persen (q to q).
Sementara ekonomi pada triwulan III-2022 tumbuh hanya 1,32 persen (q to q). Artinya ekonomi triwulan I-2023 dibandingkan triwulan III-2022 tumbuh sedikit lebih cepat.
Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2023 sebesar 107,52, mengalami peningkatan dibandingkan September 2022 yang sebesar 105,97; Selama periode Agustus 2022 - Februari 2023 terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,33 poin, yaitu dari 5,57 persen menjadi 5,24 persen.
Demikian juga jika dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja terhadap penduduk usia kerja terjadi kenaikan yaitu dari 66,90 persen pada Agustus 2022 menjadi 68,54 persen pada Februari 2023.
Juga produksi padi pada Triwulan 1 tahun 2023 mencapai 3,28 juta ton-GKG, naik dibandingkan produksi padi pada Triwulan III tahun 2022 yang sebanyak 2,18 juta ton-GKG, atau mengalami kenaikan sebesar 1,10 juta ton-GKG. (idy)
Baca juga: Prodi Desain Produk IT Telkom Purwokerto Lakukan Benchmark ke Universitas Kristen Duta Wacana
Baca juga: Viral Pungli Diduga Terjadi di SMKN 1 Purworejo, Siswa Dipalak Rp 2,4 Juta Ada Bukti Kuitansi
Baca juga: Inilah Pengganti Luis Milla di Kursi Pelatih Persib Bandung, Bobotoh Tak Perlu Khawatir
Baca juga: Kembangkan Ekraf di Nusantara Kemenparekraf Sosialisasikan Sertifikasi Kompetensi SDM Ekraf di Kudus
“Saya Ingin Mulai dari Nol” Cerita SM Warga Blora Hirup Udara Bebas Usai Terima Amnesti Presiden |
![]() |
---|
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Bangga Capaian Transaksi Solo Raya Great Sale Tembus Rp 10,7 Triliun |
![]() |
---|
Fakta-Fakta Soloraya Great Sale 2025: Nilai Transaksi Rp 10,7 Triliun, Frekuensi Transaksi 5,4 Juta |
![]() |
---|
Gubernur Jateng Minta PMII Ikut Melakukan Pendampingan Pengentasan Kemiskinan |
![]() |
---|
KA Anjlok di Subang Tunda Belasan Perjalanan Kereta Api dari Stasiun Tawang Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.