Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Guru Berkarya

Tingkatkan Kemampuan Membaca Siswa dengan Metode Membaca Nyaring Bergantian

keinginan anak untuk bebicara keras tersebut tersalurkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Editor: Abduh Imanulhaq
Istimewa
Siti Maisah,S,Pd Guru SDN 06 Bantarbolang,kab, Pemalang 

Siti Maisah,S,Pd
Guru SDN 06 Bantarbolang,kab, Pemalang

 

Tingkatkan Kemampuan Membaca Siswa dengan Metode Membaca Nyaring Bergantian

Anak usia 5-7 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang jelas. Anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum merdeka. Menurut Slamet Suyanto, (2005: 55) Penguasaan bahasa anak pada usia 5-7 tahun sudah sistematis, anak dapat melakukan permainan simbolis. Dari teori tersebut, seharusnya anak sudah mampu mengenali huruf yang nantinya diharapkan anak dapat menyatukan huruf- huruf tersebut sehingga anak bisa membaca. Namun kenyatannya, banyak anak Sekolah Dasar kelas 1 di SDN 06 Bantarbolang Kabupaten Pemlang yang belum bisa membaca, jangankan membaca dengan lancar, ada beberapa yang masih kesulitan mengeja untuk menyatukan huruf- huruf tersebut menjadi kata yang kemudian menjadi kalimat. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan menyulitkan anak tersebut untuk tahap perkembagan kognitif selanjutnya.
Selain kesulitan membaca, anak juga kurang bisa berkonsentrasi. Sehingga, saat dipanggil namanya, terkadang anak masih suka melamun. Pada masa ini, anak kelas 1 Sekolah Dasar juga cenderung masih membawa tabiat atau kebiasaan yang biasa dilakukannya selama di masa Taman Kanak- Kanak, seperti berteriak dengan keras. Hal itu tentu sangat mengganggu teman yang lain dan siswa di kelas lain. Maka dari itu, guru harus memikirkan cara menggunakan metode yang tepat ungtuk mengatasai masalah yang timbul secara kompleks yang terdapat di kelas 1 SD Negeri 06 Bantarbolang Kabupaten Pemalang, yaitu dengan menggunakan metode “Meringtian” atau metode membaca nyaring secara bergantian.

Metode “Meringtian” ini memadukan konsep membaca nyaring, namun dilakukan oleh siswa secara bergantian. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang kompleks yang terdapat di kelas 1 SD Negeri 06 Bantarbolang Kabupaten Pemalang, yaitu anak yang masih kesulitan membaca, anak yang masih kurang berkonsentrasi, dan anak yang masih suka berteriak keras, Mengapa demikian? Anak yang kesulitan membaca akan dilatih untuk membaca nyaring, tujuannya agar guru dapat mengetahui kemampuan siswa, dan dapat mengoreksi jika masih ada cara membaca anak yang kurang tepat. Sedangkan cara mengatasi konsentrasi anak yang rendah, maka diperlukan perhatian yang lebih dalam diri anak itu sendiri. Cara melatihnya, guru harus sering memanggil anak dan menunggu respon yang diberikan anak, sehingga konsentrasi anak akan semakin terasah. Cara mengatasi kebiasaan anak yang masih suka berteriak didalam kelas, yaitu kita dapat memanfaatkan kebiasaan berteriak tersebut untuk mengajak kepada hal yang positif yaitu dengan cara membaca nyaring. Sehingga keinginan anak untuk bebicara keras tersebut tersalurkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Menurut Zainuddin dalam Materi Pokok Bahasa dan Sastra (1992:124), membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis. Pada hakekatnya, membaca nyaring juga disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode “Meringtian” akan dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 1 SD Negeri 06 Bantarbolang Kabupaten Pemalang, yang awalnya pembelajaran di kelas kurang kondusif menjadi lebih nyaman dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved