Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

AH Warga Tanjung Priok Jakut Nekat Tancapkan 2 Pisau ke Perut, Terbebani Biaya Sekolah 3 Anak

Biaya sekolah anak-anaknya ternyata membebani AH (54), warga RT 006/RW 015, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Editor: Muhammad Olies
KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
Rumah korban percobaan bunuh diri AH (54) yang berloksi di RT 06/RW 015, Kelurahan Tanjung Priok, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. 

TRIBUNJATENG.COM - Biaya sekolah anak-anaknya ternyata membebani AH (54), warga RT 006/RW 015, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kondisi itu diperparah dengan sakit yang dideritanya. 

Lelaki paruh baya ini akhirnya mencoba mengakhiri hidupnya dengan pisau.  

AH ditemukan tergeletak di kamar rumahnya dalam kondisi dua pisau dapur tertancap di perut. Ia melakukan percobaan bunuh diri di kediamannya di pada Senin (24/7/2023).

Hingga Kamis (27/7/2023), AH masih mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

Adik ipar AH, Yati (60), menduga alasan utama yang melatarbelakangi kakak iparnya memilih mengakhiri hidupnya karena ketidaksanggupan menanggung beban biaya sekolah anak-anaknya.

Baca juga: Daftar Kasus Bunuh Diri di Jembatan Suramadu Bertambah Panjang

Baca juga: Gara-gara Salah Paham, Buruh Bangunan Bunuh Temannya lalu Coba Bunuh Diri

Baca juga: Bukti CCTV dan Kesaksian Masinis Perkuat Dugaan Penyebab Kematian AKBP Buddy karena Bunuh Diri

Untuk diketahui, tiga dari empat anak AH masih mengenyam pendidikan di sekolah swasta.

LH anak kedua AH pada tahun ajaran yang lalu baru saja lulus hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA.

"Dia pengin anak nomor dua melanjutkan sekolahnya. Saya bilang, 'ya sudah enggak apa-apa sampai lulus SMP'. Nah, dia penginnya diteruskan ke SMA," ungkap Yati, dikutip dari Kompas.com, Jumat  (28/7/2023).

“Setiap bulannya, Kartu Jakarta Pintar (KJP) kan diambil sama gurunya untuk bayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Nah, dapatnya cuma uang jajan doang," imbuh dia.

Yati mengatakan, setiap bulannya, uang yang diterima dari KJP senilai Rp 250.000.

Jumlah tersebut tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan pendidikan ketiga anak AH.

Selain masalah ekonomi, kata Yati, AH sebelumnya mengeluhkan sakit pada lambungnya.

"Tadinya sakit lambung, dia mengeluh. Mungkin kesal ya, kesal sama penyakit, belum lagi biaya sekolah anak yang semuanya swasta," tutur Yati.

Di hari percobaan bunuh diri, Yati mendapati AH yang sehari-harinya mengumpulkan botol dan gelas plastik untuk dijual, tengah melamun di ruang tengah rumah.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved