Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jambore Pramuka Dunia

Cerita Yoga, Peserta Jambore Pramuka Dunia Asal Indonesia: Panasnya Korsel Serupa Terik Semarang

Cuaca panas ekstrem sempat mengganggu pelaksanaan Jambore Peamuka Dunia ke 25 tahun 2023 yang digelar di Saemangeum, Korea Selatan

|
Penulis: amanda rizqyana | Editor: Muhammad Olies
Istimewa/Dok Yoga Mustafa
Kontingen Indonesia beraktivitas saat World Scout Jamboree 2023 atau Jambore Pramuka Dunia ke 25 tahun 2023 yang digelar di Saemangeum, Korea Selatan pada Selasa - Sabtu (1 - 12/8/2023)  

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Cuaca panas ekstrem sempat mengganggu pelaksanaan World Scout Jamboree 2023 atau Jambore Peamuka Dunia ke 25 tahun 2023 yang digelar di Saemangeum, Korea Selatan selama 12 hari, mulai Selasa - Sabtu (1 - 12/8/2023).

Terjadi penarikan 36 ribu kontingen dari sejumlah negara seiring cuaca panas ekstrem tersebut.

Namun kontingen Indonesia tidak melakukan penarikan kontingennya.

Hal itu seperti yang disampaikan Yoga Mustafa, salah seorang kontingen Indonesia asal Kota Salatiga, Jateng.

Menurutnya penarikan kontingen dari sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, hingga negara Skandinavia karena cuaca panas ekstrem ini membuat mereka tidak nyaman.

"Memang sekarang sedang puncak musim panas, jadi panasnya cukup ekstrim. Ditambah ini wilayah reklamasi yang tidak memiliki pohon besar," ujarnya pada Tribun Jateng, Kamis (10/8/2023).

Baca juga: 36.000 Peserta Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan Dievakuasi karena Ancaman Topan Khanun

Tingkat panas tersebut diakuinya membuat kontingen dari negara beriklim dingin karena tubuh mereka tidak sanggup menahan panas.

Kulit mereka terlihat sangat kepanasan, terus berkeringat, hingga wajah memerah.

Selain itu, kontingen dari negara tersebut tidak mampu beradaptasi dengan suhu yang setiap harinya di angka 40, bahkan pada situasi tertentu mencapai 42 derajat Celcius.

Menurut Yoga, tingkat panas di Saemangeum diibaratkan seperti panas dan teriknya Kota Semarang di siang hari.

"Jadi ya kita biasa saja, memang panas sih, tapi menurut kami yang tinggal di negara tropis dan beraktivitas di tengah kota, sudah terbiasa," ujar pria yang lebih dari satu dasawarsa tinggal di Kota Semarang.

Akibat panas ekstrim, beberapa agenda jambore yang dilakukan di luar ruangan harus ditiadakan.

Aktivitas peserta hanya untuk kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan.

Untuk Jambore Kepramukaan Dunia ini, diperkirakan ada 43.000 peserta dari 150 negara.

Kontingen Indonesia sebanyak 1.306 peserta, 148 panitia pendamping, 84 panitia internasional, dan 37 kontingen manajemen.

Yoga sendiri menjadi pembina pendamping yang mengajarkan membatik pada peserta jambore.

"Tiap negara memang menampilkan keterampilannya dan tiap peserta bisa mengikuti tiap kegiatan, seperti dari Indonesia mengajarkan membatik," tuturnya.

Selama mengikuti jambore, Yoga mengaku panitia sangat menjamin ketersediaan logistik, mulai dari makanan, minuman, hingga air untuk mandi.

Persediaan air untuk mandi bahkan membuatnya leluasa untuk mandi sebanyak 5 kali sehari.

Yoga mengakui sempat ada keributan di hari pertama terkait kebutuhan logistik, namun hal tersebut bisa dimaklumi karena memang banyaknya peserta yang datang.

Perihal perpindahan atau mengungsi dari lokasi perkemahan karena dikhawatirkan akan terjadi badai khanun hari ini, sudah dilakukan sejak Selasa (8/8/2023).

Para peserta mengungsi di kampus perguruan tinggi di Incheon, Korea Selatan.

"Kampusnya bagus, ada asramanya, kayaknya ini sih ruang kelas, tapi bagus kok, masih layak untuk tinggal dan kebetulan sedang libur kuliah," ujar Yoga.

Hingga saat ini pihaknya masih menunggu informasi terkait pelaksanaan jambore.

Sesuai jadwal awal, ia bersama kontingen Indonesia lainnya akan bertolak kembali ke Indonesia pada Rabu (15/8/2023).

Siswa Purworejo Dievakuasi

Peserta Jambore Pramuka Dunia dari Indonesia telah dievakuasi dari Bumi Perkemahan Saemangeum, Korea Selatan.

Peserta Jambore Pramuka Dunia di Korsel dievakuasi menuju asrama Universitas Wonkwang, Provinsi Jeollabuk, Korea Selatan, pada Selasa (8/8/2023) lalu. 

Proses evakuasi itu dilaksanakan akibat dampak cuaca ekstrem dan ancaman topan khanun yang diprediksi menerjang lokasi perkemahan Jambore Pramuka Dunia pada 9-10 Agustus 2023. 

Dari ribuan peserta itu ada satu peserta Jambore Pramuka Dunia yang berasal dari Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Ia adalah Zayyana Fathania Mahira, warga Kelurahan Pangen, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo , Jawa Tengah. 

Siswa Kelas 9 F dari SMP Neger 2 Purworejo itu menjadi satu-satunya perwakilan dari Kota Berirama yang mengikuti Jambore Dunia di Korea Selatan .

Ia bergabung bersama tim Kwarda Jawa Tengah. 

Pembina Pramuka SMPN 2 Purworejo , Ani Wahyuningsih, saat ditemui Tribunjogja.com , mengatakan bahwa kondisi Zayyana baik-baik saja.

Hal itu ia ketahui karena sering bertukar kabar dengan anak didiknya lewat pesan WhatApps dan video call. 

"Alhamdulillah kondisi Zayyana saat ini baik-baik saja dan sudah dipindahkan ke asrama Universitas Wonkwang, Korea Selatan. Tadi malam saya tanya, katanya penutupan Jambore hari ini (11/8/2023), itu dimajukan dari rencana awal 14 Agustus 2023 karena badai dan hujan," ungkapnya, Jumat (11/8/2023). 

Ani mengungkapkan, selama menjalani kegiatan Jambore di Korea Selatan , ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh Zayyana.

Di antaranya cuaca di sana yang sangat panas (terik) hampir mencapai 39 derajat celcius.

Kemudian lokasi kegiatan dan perkemahan yang lumayan jauh berjarak sekitar 2 kilometer. 

"Zayyana kemarin bercerita selama di sana bisa jalan kaki sekitar 13-14 km setiap hari. Saat cuaca ekstrem ia cuma mengeluh terlalu capek dan panas, sehingga ingin minun terus. Apalagi tempat perkemahan di sana tanpa pohon, sehingga tidak ada tempat berteduh," ucapnya. 

Meski demikian, Ani merasa bersyukur karena anak didiknya bisa tetap menjalankan seluruh kegiatan Jambore dengan lancar.

Karena sejak awal, Zayyana memang terkenal sangat menyukai pramuka. 

"Alhamdulillah juga Zayyana selama di sana sehat terus, tidak pernah sakit. Padahal saat pertama kali terjadi cuaca ekstrem, banyak peserta yang sakit dan pingsan karena terlalu panas. Selain itu, Zayyana juga sudah dibekali dengan obat-obatan serta multi vitamin sebelumnya," katanya. 

Menurut Ani, setelah kegiatan penutupan para peserta Jambore akan dikembalikan ke negara asalnya.

Kendati demikian, Ani mengaku belum mengetahui kapan rencana kepulangan Zayyana. 

"Kami masih belum mendapat informasi dari Kwarda Jateng. Karena nanti kepulangan Zayyana akan ikut tim Kwarda Jateng. Masih kami koordinasikan terkait jadwal untuk kepeeluan penjemputan juga," tuturnya. 

(arh)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved