Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Asal-usul Warteg, Filosofi Orang Tegal Tercermin Dari Bentuk Bangunannya

Jika kita mendengar istilah "warung tegal" atau yang lebih dikenal sebagai "warteg," pikiran kita akan langsung tertuju pada warung.

Editor: rival al manaf
TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
Omset Warteg Turun 70 Persen- Drajat salah satu penjual warteg Citra Muncul yang berlokasi di Jalan Ngesrep Timur V No 97, Banyumanik, Kota Semarang sedang melayani pembeli di targetnya, Rabu, (25/03/20). Akibat dampak virus Corona atau Civic 19 omsetnya turun hingga 70 persen, bahkan beberapa karyawan ya di rumahkan. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) 

Seperti halnya tukang cukur dari Garut yang identik dengan daerah tersebut, para penjual makanan dari Tegal juga memberikan identitas unik bagi warteg.

Mayoritas orang Tegal yang merantau ke Jakarta saat itu adalah pekerja kasar, terutama kuli bangunan.

Mereka membawa serta istri dan keluarga ke Jakarta. Awalnya, warteg melayani kalangan blue collar atau pekerja yang tak memiliki keterampilan khusus.

Namun, dengan meluasnya persebaran warteg, pelanggan dari berbagai kalangan sosial datang untuk menikmati hidangan yang ditawarkan.

Filosofi Bentuk dan Nama "Bahari" dalam Warteg

Warteg memiliki ciri khas tersendiri dalam hal bangunan. Kedai warteg umumnya memiliki ukuran 15-20 meter dan dicat biru, yang mengingatkan pada laut.

Ini mengacu pada daerah asal mereka di Tegal, yang merupakan daerah pesisir pantai.

Bangunan warteg juga memiliki makna simbolis dalam tata letaknya.

Keberadaan dua pintu di sisi kanan dan kiri bangunan, yang menjadi ciri khas warteg, memiliki arti tersendiri.

Dalam pandangan budayawan Yono Daryono, dua pintu ini melambangkan keberuntungan dan rejeki berlimpah.

Penempatan dua pintu ini juga membantu mengurangi antrean pembeli.

Penggunaan lemari kaca untuk menampilkan lauk merupakan upaya memudahkan pembeli memilih tanpa mengganggu yang lain.

Penggunaan bangku panjang di warteg mempromosikan kesetaraan, di mana pelanggan dari berbagai latar belakang sosial bisa berbincang sambil menikmati hidangan.

Penggunaan kata "bahari" dalam penamaan warteg mengandung makna dari julukan Kota Tegal sebagai "Kota Bahari." Julukan ini merujuk pada lokasinya di daerah pesisir pantai.

Dari Warteg Lokal ke Waralaba

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved